Salah satu indikator perkembangan sebuah kawasan bisa dilihat dari tingkat populasinya. Menurut data World Population Review, delapan besar kota-kota di Indonesia dengan populasi tertinggi di era 1970 adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Palembang, Makassar, dan Malang.
Era tahun 2020 peringkat populasi Bekasi sebagai kota penyangga Jakarta, melonjak menjadi peringkat 2 (3,3 juta) setelah Jakarta (10,7 juta). Menyusul kota-kota lainnya yaitu Surabaya (2,9juta), Depok (2,7 juta), Bandung (2,5 juta), Tangerang (2,38 juta), Medan (2,38 juta), Semarang (1,8 juta).
Data ini menunjukkan perpindahan penduduk kota Jakarta yang semakin padat serta bergeser ke wilayah aglomerasinya yaitu Bekasi. Kenyataan ini mengharuskan pemerintah jor-joran mengembangkan berbagai proyek infrastruktur di wilayah Bekasi mulai proyek jalan tol hingga sarana transportasi kereta ringan LRT.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyebut, tahun 2021 pemerintah telah menetapkan untuk percepatan proyek strategis nasional (PSN) dengan target penyelesaian 38 proyek dengan total investasi mencapai Rp464,6 triliun termasuk koridor timur Bekasi.
Dari sisi transportasi maupun aksesibilitasnya, menurut Kepala Dewan Transportasi Kota Bekasi (DTKB) Harun Al Rasyid, perkembangan Bekasi saat ini tidak lagi hanya berperan sebagai penopang Jakarta tetapi sebagai wilayah mitra karena Bekasi sendiri tengah mengarah untuk menjadi sebuah kota metropolis.
"Gencarnya pembangunan berbagai proyek infrastruktur khususnya di sektor transportasi akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan kawasan dan akan mengubah total wajah Kota Bekasi menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Infrastruktur LRT akan berdampak pada transportasi yang makin lancar dan nyaman sehingga menguntungkan bagi masyarakat sub urban dari Bekasi yang bekerja di CBD Jakarta," katanya.
Pembangunan infrastruktur tersebut akhirnya makin mendorong pengembangan kawasan mixed use yang diintegrasikan dengan transportasi publik atau transit oriented development (TOD). Menurut Syarifah Syaukat, Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia, konsep mixed use dengan basis TOD menjadi kebutuhan yang akan terus tumbuh di kawasan perkotaan.
"Konsep ini menjadi alternatif penyediaan fasilitas perkotaan mulai hunian dan berbagai fasilitas komersial di satu kawasan lahan yang sama. Mixed use menjadi pilihan logis untuk terus dikembangkan dengan pengintegrasian konsep TOD menjadi stretagi untuk menyiasati tingginya harga lahan," jelasnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(hal/dna)