Rusun 'Pengabdi Setan' di Bekasi: Dibangun 2007, Mangkrak Sejak 2009

Rusun 'Pengabdi Setan' di Bekasi: Dibangun 2007, Mangkrak Sejak 2009

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 07 Agu 2022 20:45 WIB
Rusun mangkrak film Pengabdi Setan/Shafira Cendra Arini=detikcom
Foto: Rusun mangkrak film Pengabdi Setan/Shafira Cendra Arini=detikcom
Jakarta -

Rumah susun sederhana milik (rusunami) 1.000 tower yang terletak di belakang Pasar Sumber Arta, Bekasi Barat, Jawa Barat jadi perbincangan usai dijadikan lokasi syuting Pengabdi Setan 2. Proyek era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mangkrak belasan tahun.

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan pembangunan proyek itu dimulai pada 2007 dan berhenti sejak 2009. Rusunami dimaksud diberi nama Rusun Kalimalang Residence, dengan pengembang swasta atau non-APBN.

"2009 ini masa kepemimpinan Menpera (Menteri Perumahan Rakyat) (Alm) Yusuf Asy'ari. Saya tidak tahu persis sejak kapan mangkraknya, dugaan saya 2009 itu," kata Endra kepada detikcom, Minggu (7/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Program 1.000 tower rusun dicanangkan sebagai program bersubsidi yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar memiliki hunian layak. Berdasarkan pemberitaan detikcom pada 2014, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bilang mau melanjutkan program itu lagi, tetapi nyatanya tidak terealisasi.

Sampai saat ini rusun itu dibiarkan terbengkalai setengah jadi hingga menjadi lokasi syuting Pengabdi Setan 2. Endra menduga mangkraknya bangunan tersebut karena kesulitan biaya dari pengembang swasta.

ADVERTISEMENT

"Rusun ini kan dibangun oleh pengembang swasta dan dana swasta (non APBN). Rusun tidak selesai mungkin karena kesulitan pembiayaan untuk menyelesaikannya," jelasnya.

Alasan Proyek Mangkrak, baca di halaman berikutnya

Berdasarkan catatan detikcom, Indonesia Property Watch (IPW) pernah mengatakan bahwa program 1.000 tower digelontorkan tanpa perencanaan matang serta kajian mendalam sehingga jadi salah satu proyek pemerintah yang gagal.

"Banyaknya kalangan yang menilai bahwa program rusunami ini telah salah sasaran bisa dibilang iya, bisa juga dibilang tidak. Karena permasalahan yang utama bukanlah terletak pada siapa yang menghuni rusun-rusun tersebut setelah dibangun, melainkan salahnya kebijakan yang ada sehingga aturan main menjadi tidak jelas," kata Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda dalam situs IPW, Selasa (2/4/2013) silam.

Head of Advisory Jones Lang LaSalle Vivin Harsanto juga pernah mengatakan bahwa ada 2 hal utama yang menyebabkan realisasi program 1.000 tower rusun jauh dari target yang dicanangkan. Pertama, adalah soal ketersediaan lahan.

"Ini adalah momok paling besar. Nggak ada kejelasan soal lahan waktu itu sehingga realisasi pembangunan pun nggak bisa maksimal," tutur Vivin di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Kedua, adalah masalah pelaksananya. Di masa lalu, program 1.000 tower rusun yang dicanangkan tidak dibarengi dengan penunjukan lembaga atau badan usaha pelaksana sehingga tidak ada kejelasan pihak mana yang punya tanggung jawab melakukan pembangunan.

"Kalau pun ada, tidak dibarengi dengan kepastian, insentif dan sebagainya. Ujung-ujungnya kontraktor yang ditunjuk malah membangun hunian yang komersial," katanya.



Simak Video "Video: Mengintip Rusun Tanah Abang Hunian Vertikal Pertama di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads