Bakal Ada Silicon Valley Made In Cikarang, Begini Fakta-faktanya

Bakal Ada Silicon Valley Made In Cikarang, Begini Fakta-faktanya

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 16 Agu 2022 07:00 WIB
silicon valley
Foto: via Trend Chaser
Jakarta -

Kawasan sentra industri digital macam Silicon Valley di Amerika Serikat bakal dikembangkan di Indonesia. Terkini, 'Silicon Valley' bakal dibesut di Cikarang, Jawa Barat.

Adalah PT Kawasan Industri Jababeka Tbk yang mulai tahun ini sedang melakukan pengembangan Jababeka Silicon Valley bernama Correctio. Jababeka ingin membesut kawasan yang memiliki ekosistem terpadu untuk perusahaan rintisan digital.

Menurut Managing Director PT Jababeka Infrastruktur Agung Wicaksono kawasan silicon valley yang dikembangkan di Jababeka akan menargetkan talenta-talenta sumber daya manusia (SDM) dengan kebutuhan industri di Jababeka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, di Jababeka ada 1.800 perusahaan dari 30 negara dan membutuhkan transformasi digital untuk menyelesaikan berbagai masalah pada operasionalnya. Perusahaan digital yang bakal menempati Correctio ini lah yang akan memberikan solusi untuk berbagai masalah tersebut.

ADVERTISEMENT

"Correctio adalah nama dari kawasan silicon valley di Jababeka, jadi ada industri dan manusia. Jadi silicon valley akan jadi tempat untuk perusahaan startup yang memiliki kompetensi digital untuk memberikan solusi bagi industri yang ada di sini," kata Agung di Menara Batavia, Jakarta Pusat, Senin (15/8/2022).

Jadi pengembangan silicon valley baru, begini 3 fakta soal Correctio Jababeka.

1. Pengembangan Terkini
Agung menjelaskan pengembangan sudah dilakukan di Correctio, salah satunya membentuk fabrication laboratorium atau fablab yang dijadikan sebagai pusat inovasi di kawasan Jababeka. Fablab ini dikerjasamakan dengan President University yang ada di Jababeka.

"Ini sudah jalan dari segi solusi teknologi sudah ada Fablab Jababeka, ini adalah fabrication laboratorium. Ini sebuah lab yang menempatkan solusi dipelajari dan nanti pabrik-pabrik bisa menggunakan," papar Agung.

Lebih lanjut, Agung juga menjelaskan pihaknya sudah meluncurkan kawasan perkantoran bernama Core yang memiliki konsep kantor kecil seperti rumah alias small office home office (SOHO). Saat ini SOHO sedang disiapkan untuk dibangun. Kawasan ini yang akan jadi tempat bagi para perusahaan rintisan melakukan kerjanya.

"Ada bentuk kawasan properti Core, itu bagian Correctio Silicon Valley Jababeka. Itu ada fasilitas SOHO smal office home office. Ini sudah di-launching secara produk. Secara fisik memang belum ada, sedang disiapkan," jelas Agung.

Pihaknya pun sedang membesut Hackathon alias kompetisi startup untuk menarik ide-ide menarik pengembangan perusahaan rintisan yang ada di silicon valley milik Jababeka. Sudah ada 500 peserta yang sejauh mendaftarkan ide-idenya.

"Kami cari startup yang idenya bisa digunakan oleh para industri di Jababeka. 1.800 industri ini butuh solusi. Itu yang kami cari. Makanya nanti dia akan sustain sebagai perusahaan arena solusinya akan digunakan," sebut Agung.

Pemenang kompetisi Hackathon akan memiliki kesempatan untuk menempati unit-unit di Core. General Manager Corporate Marketing PT. Grahabuana Cikarang Eric Limansantoso menyatakan startup hasil Hackathon ini bakal jadi 'pemancing' perusahaan rintisan lainnya untuk masuk ke dalam Core yang jadi pusat sillicon valley di Jababeka.

"Yang Hackathon itu akan masuk duluan nanti kita atur untuk tempati itu juga. Yang lain nanti jatuhnya kayak sewa juga. Semakin banyak startup ini maka pasarnya akan terjadi secara natural," papar Eric di kesempatan berbeda.

Menurutnya, sebelum silicon valley berkembang di Amerika Serikat, para perintis startup kebanyakan memulai usahanya lewat garasi. Namun, saat ini Jababeka menghadirkan fasilitas yang sangat cocok untuk menjadi 'garasi' baru dengan fitur yang lebih baik, bahkan dibuatkan juga ekosistemnya.

"Kalau dulu kan mulai di garasi, ini kami bikinkan ekosistemnya. Kenapa dulu bikin di garasi? Karena nggak ada infrastruktur dan ekosistemnya. Sekarang kan trennya dia mau ngopi di situ, kerja di situ, tinggal di situ. Ini yang kami buat," papar Eric.

Core Jababeka rencananya bakal dilengkapi dengan beragam fitur, mulai 4 keys SOHO Concept (konsep bangunan multifungsi) dan smart building system (Smart Doorlock, Motion Sensor, CCTV, Lighting Control, AC & TV Control, Smart Speaker). Kemudian, ruang komunitas Green Belt sepanjang 1,5 kilometer dan Inner Court Plaza.

2. Ogah Disamakan dengan Bukit Algoritma
Sebelum Correctio yang dibesut Jababeka, proyek pengembangan kawasan macam Silicon Valley pertama kali dibuat di Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat. Proyek ini dikembangkan oleh Kiniku Bintang Raya (KSO) dan BUMN Konstruksi PT Amarta Karya (Persero).

Proyek itu sempat melakukan groundbreaking pada 9 Juni 2021 yang lalu. Targetnya, pembangunan dilakukan bertahap hingga 2031.

Jadi proyek silicon valley baru, Agung Wicaksono menyatakan pihaknya enggan disamakan dengan Bukit Algoritma. Pasalnya, silicon valley yang akan dikembangkan Jababeka dinilai sudah memiliki ekosistem yang mumpuni berbasis 4.0. Menurutnya, hal ini tidak dimiliki di tempat lain.

"Bedanya apa Jababeka dengan tempat lain? Tempat lain nggak ada yang bisa langsung masuk ke 4.0. Kalau industri 1.0 aja belum ada mana bisa? Ada Jababeka bikin 'Silicon Valley' berbasis industri 4.0," ungkap Agung.

3. Tak Perlu Groundbreaking
Agung pun menyatakan sebetulnya 'Silicon Valley' bukan sebuah proyek. Namun, pengembangan sebuah eksosistem digital yang bisa memecahkan banyak permasalahan sehari-hari.

"Saya koreksi pandangan publik, 'Silicon Valley' bukanlah sebuah proyek. Tidak ada 'Silicon Valley' sebagai proyek. Bahwa di kawasan itu ada SOHO-nya (kompleks kantor), ada showcase Fablab tadi. Bahwa di kawasan itu ada universitas yang hadirkan talent, itu jadi komponen pembentuk ekosistem," papar Agung.

"Semua bukan proyek yang dicanangkan, dianggarkan, ditargetkan, dan dirayakan," sebutnya.

Dia pun menyinggung proyek 'Silicon Valley" sebetulnya tak perlu seremoni groundbreaking dan lain sebagainya. Menurutnya, pengembangan kawasan "Silicon Valley' sejatinya adalah pengembangan SDM dan teknologi.

"Kalau kita lihat di Amerika, 'Silicon Valley' nggak pernah groundbreaking, nggak pernah gunting pita ya. Semua bukan proyek, ini adalah developing people. Di Amerika itu nggak pernah presiden siapa bilang saya mau bangun Silicon Valley di Palo Alto. Jadi ini pembangunan sebuah bangsa industri digital," tutur Agung.

Menurutnya ada tiga hal yang bisa membuat sebuah kawasan bisa disebut memiliki ekosistem seperti Silicon Valley. Pertama, kawasan itu harus bisa menelurkan inovasi dan solusi bagi masalah sehari-hari.

Kedua, kawasan itu menghasilkan SDM yang kompeten. Baik secara pengetahuan maupun kemampuannya.

"Suatu saat apapun bisa diganti mesin, kalau manusianya lahirkan ide, jadi produk, dia nggak akan lekang oleh zaman," kata Agung.

Terakhir, ekosistem 'Silicon Valley' harus bisa menghasilkan aktivitas ekonomi baru. Menimbulkan nilai tambah dan juga lapangan kerja bagi banyak orang.



Simak Video "Berburu Kuliner dan Pernak-pernik Jepang di Festival Sakura Matsuri"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads