Krisis properti di China belum berakhir. Dana Moneter Internasional atau IMF memperingatkan China untuk berbuat lebih banyak menyikapi situasi ini.
Otoritas China sebenarnya mulai melonggarkan pembatasan pembiayaan untuk sektor properti dalam beberapa bulan terakhir.
"Langkah-langkah kebijakan terbaru pihak berwenang disambut baik, tetapi dalam pandangan kami tindakan tambahan akan diperlukan untuk mengakhiri krisis real estate," kata Thomas Helbling, wakil direktur di Departemen Asia Pasifik IMF dikutip dari CNBC, Jumat (3/2/2023).
Menurutnya, pengembang properti di China banyak mengalami masalah keuangan. Stok perumahan di China juga menumpuk dan belum bisa terselesaikan.
Apartemen di China biasanya dijual sebelum pembangunan selesai. Hal ini dipicu adanya pandemi COVID-19 dan kesulitan pendataan yang memperlambat konstruksi. Akibatnya banyak konsumen menghentikan pembayaran tagihan KPR sebagai bentuk protes.
Otoritas China kemudian menekankan pentingnya bantuan kepada developer untuk menyelesaikan pembangunan apartemen. Namun, perumahan yang dijual di China tercatat anjlok hampir 27% tahun lalu, sementara investasi properti turun 10%.
"Saya pikir akan sangat membantu untuk menunjukkan jalan keluar dan ... bagaimana restrukturisasi dapat dilakukan dan siapa yang akan menanggung kerugian jika ada kerugian," kata Helbling.
Dia juga menyerukan aksi tambahan untuk mengatasi stok besar apartemen yang belum selesai. Sementara itu China menyebut sektor properti tidak sedang krisis dan beroperasi dengan lancar.
"Risiko terkait bersifat lokal dan hanya menyangkut perusahaan individu, dan dampaknya terhadap seluruh sektor relatif kecil," kata perwakilan bank sentral China.
(ara/ara)