Harga dan Pasokan Lahan Jadi Masalah Perumahan, Apa Solusinya?

Harga dan Pasokan Lahan Jadi Masalah Perumahan, Apa Solusinya?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 28 Mei 2023 11:36 WIB
Ilustrasi Proyek Properti
Foto: Ilustrasi Proyek Properti (Istimewa)
Jakarta -

Persoalan keterserdiaan dan harga lahan menjadi salah satu faktor penyebab kurang pasok hunian alias backlog di Indonesia. Membangun proyek hunian vertikal dinilai menjadi solusi permasalahan yang umumnya terjadi di kota besar.

Metode hunian yang kini gencar dikembangkan oleh pengembang adalah Transit Oriented Development (TOD). Tak hanya menjadi solusi terhadap keterserdiaan lahan, konsep ini juga dianggap unggul karena letaknya yang berdekatan dengan moda transportasi kota besar.

Pengamat properti sekaligus Excecutive Director Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda juga sepakat akan hunian TOD ini bahwa perlu dimulainya pengembangan hunian masyarakat dikarenakan harga tanah yang terus meningkat, sehingga pemerintah serta tanah-tanah BUMN harus diamankan dan dibangun TOD.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk itu, diperlukan terobosan dalam hal penyediaan hunian yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya seperti pengembangan kawasan hunian berbasis TOD yang pertama kali diperkenalkan dan dipelopori Perum Perumnas," ujar Ali dalam keterangannya, Minggu (28/5/2023).

Terpisah, Senior Associate Director Colliers Indonesia, Ferry Salanto yang mengatakan bahwa hunian berkonsep TOD makin diminati di tengah persoalan kenaikan harga BBM & pajak kendaraan bermotor, pembatasan plat ganjil/genap dan rencana penerapan ERP di beberapa jalan.

ADVERTISEMENT

"Peluang hunian TOD di DKI Jakarta menjelaskan bagaimana pengembangkan konsep TOD didorong oleh tren pembangunan sarana transportasi massal", jelas Ferry.

Sementara itu, Dirut Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro mengatakan, sebagai pengembang, pihaknya selalu menangkap peluang bisnis untuk menyediakan hunian yang layak dan bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Saat ini, yang menjadi percontohan TOD adalah proyeknya yang bernama Samesta Mahata Margonda Depok yang pembangunannya telah selesai 100%.

Selain di Depok, hunian Perumnas pun tersebar di lokasi Serpong Tangerang Selatan, Tanjung Barat dan Cengkareng Jakarta, Karawang, Dramaga dan Parung Panjang Bogor.

"Selain di Pondok Cina, Perumnas memiliki dua proyek vertikal lain yang terintegrasi langsung dengan stasiun, yaitu Samesta Mahata Serpong yang terkoneksi langsung dengan stasiun Rawa Buntu dan Samesta Mahata Tanjung Barat yang terintegrasi dengan stasiun Tanjung Barat", ucapnya.

Kedua proyek TOD tersebut hingga saat ini sedang dalam proses pembangunan. Progress fisik pembangunan Samesta Mahata Tanjung Barat sudah mencapai 80% dan Samesta Mahata Serpong mencapai 76%.

Tidak hanya hunian vertikal, Perumnas juga memiliki hunian tapak yang terintegrasi dengan transportasi KRL Jabodetabek di Samesta Parayasa, Bogor. Hunian strategis di barat Serpong ini akan menghadirkan stasiun baru Parayasa yang berada di dalam kawasan perumahan tersebut.

"Perumnas bertekad untuk menyediakan hunian bagi masyarakat Indonesia, pembangunan proyek-proyek TOD ini diharapkan mampu memberikan dampak positif pada pengurangan angka backlog di Indonesia sekaligus menjadi benchmark pembangunan hunian terintegrasi transportasi di kota-kota lain", ucap Budi.




(acd/zlf)

Hide Ads