56,78% Produksi Gas Nasional Dialokasikan ke Domestik di 2011

56,78% Produksi Gas Nasional Dialokasikan ke Domestik di 2011

- detikFinance
Senin, 10 Jan 2011 18:22 WIB
Jakarta - Jumlah kontrak pasokan gas bumi untuk kebutuhan domestik di tahun ini mencapai 4.366 miliar british thermal unit per hari (BBTUD) atau sebesar 56,78% dari total kontrak produksi gas nasional.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Elan Biantoro melalui siaran persnya yang diterima detikFinance, Jakarta (10/1/2011).

"Jumlah ini naik cukup signifikan ketimbang 2010. Di tahun ini, sebesar 3.322 BBTUD atau 43,22% diperuntukkan untuk ekspor," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Elan melanjutkan, tahun lalu realisasi pasokan gas bagi kebutuhan domestik tercapai sebanyak 4.342,71 BBTUD atau sekitar 50,18%. Sementara pasokan gas untuk ekspor tercapai sebanyak 4.311,58 BBTUD atau 49,82%.

"Sedangkan, pada realisasi 2010 kemarin, penjualan gas kepada perusahaan gas negara (PGN) maupun langsung ke industri telah tercapai sebesar 1203,18 BBTUD," kata Elan.

Sementara di tahun ini jumlah penjualan gas kepada PGN maupun langsung ke industri telah tercapai 1.203,18 BBTUD.

Untuk kebutuhan listrik, Elan menyampaikan realisasi di 2010 telah tercapai sebesar 854,88 BBTUD. "Tahun 2011, pasokan meningkat menjadi 1.510,6 BBTUD. Meningkatnya pasokan, diharapkan berasal dari Lapangan Wortel (Santos), Lapangan Sungai Kenawang (JOB Pertamina Talisman Jambi Merang), Lapangan Kampung Baru (Energy Equity Sengkang), PetroChina Jabung, dan ramping up Lapangan Singa (Medco EP)," rinci Elan.

"Untuk pasokan bagi domestik, khususnya pasokan gas untuk pabrik pupuk, listrik, serta industri, akan tetap mendapatkan prioritas. Namun, salah satu kendala pemenuhan pasokan gas disebabkan konsumen domestik masih kesulitan untuk menerima harga gas di atas US$ 5 per mile-mile british thermal unit (MMBTU)," ujar Elan.

Padahal, lanjutnya, beberapa pengembangan di lapangan memerlukan harga gas yang lebih tinggi untuk menutup keekonomiannya, khususnya untuk area offshore dan deep water yang membutuhkan investasi sangat besar.

"Beberapa kontraktor keekonomiannya menjadi sangat rendah, bahkan masih memerlukan insentif dari pemerintah untuk memenuhi keekonomiannya," kata Elan.

Elan menambahkan juga keterbatasan infrastruktur masih menjadi salah satu kendala. Oleh karena itu, BP Migas mengharapkan, pembangunan unit penampungan regasifikasi terapung atau floating storage regasification unit (FSRU) yang akan dibangun di Teluk Jakarta dapat rampung tepat pada waktunya (pada kuartal IV-2011).

"Beroperasinya terminal penerima gas alam cair (LNG) tersebut akan memudahkan distribusi pasokan gas dari area yang surplus gas ke daerah defisit gas," terangnya.

(nrs/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads