Demikian disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan dalam jumla pers di kantornya, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta, Jumat (1/7/2011).
"Ekspor ini merupakan capaian tertinggi, rekor baru karena bisa menembus US$ 16-17 miliar, yaitu US$ 18,33 miliar," ujar Rusman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komoditas ekspor terbesar masih dipegang oleh bahan bakar mineral dengan nilai US$ 9,75 miliar, kemudian lemak dan minyak hewan/nabati yang mencapai US$ 8,09 miliar.
"Ekspor masih disebabkan dengan lonjakan harga minyak karena memang masih ada CPO kita yang diekspor," jelasnya.
Negara penerima barang terbesar masih dipegang oleh Jepang dengan nilai ekspor mencapai US$ 7,35 miliar. Cina sebesar US$ 7,01 miliar, Amerika Serikat sebesar US$ 6,56 miliar, ASEAN sebesar US$ 13,77 miliar, dan Uni Eropa sebesar US$ 8,68 miliar.
"Jadi meskipun ada tsunami tapi Jepang masih merupakan pangsa pasar terbesar," jelasnya.
Secara sektoral, ekspor untuk Januari-Mei 2011 dipegang oleh sektor industri 61,74% naik dari 60,43% pada Mei lalu. Rusman mengatakan, dengan adanya peningkatan ekspor tersebut maka hal ini menepis isu adanya deindustrialisasi.
"Jadi kalau ada isu tentang deindustrialisi tapi faktanya itu justru meningkat," ujarnya.
Sementara, nilai impor Indonesia selama Mei 2011 mencapai US$ 14,83 miliar atau naik 48,54% dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Secara month on month impor totalnya turun 0,42%. Tapi untuk non migas naik 0,24%. Yang turun itu impor migas," ujarnya.
Untuk total impor Januari-Mei 2011 mencapai US$ 68,51 miliar naik 33,86%. Kemudian impor non migas mencapai US$ 52,53 miliar, dengan sumbangan terbesar mesin mekanik US$ 9,1 miliar.
"Pangsa pasar impor ke China US$ 9,74 miliar. Angka ini angka impor tertinggi yang diimpor Indonesia, Jepang US$ 7,08 miliar, dan Thailand US$ 4,28 miliar," ujarnya.
Barang impor terbesar Indonesia adalah bahan baku dan penolong meningkat dari 73,23% ke 75,34% dibanding Mei 2010. Rusman mengatakan, hal ini merupakan sinyal bahwa industri punya prospek baik.
"Dalam 3 bulan ke depan industri tetap berjalan baik," ujarnya. Untuk golongan barang modal turun dari 19,38% ke 16,98%, barang konsumsi 7,39% ke 7,68%.
"Ini antara lain impor beras itu kontribusi juga," ujarnya.
Dengan demikian, Rusman menyebutkan neraca perdagangan Mei 2011 masih surplus US$ 3,51 miliar dan periode Januari-Mei 2011 US$ 11,77 miliar.
(nia/dnl)











































