Negara di Amerika Latin itu masih kesulitan untuk menarik investasi dari luar negeri dalam rangka menggenjot produksi minyaknya. Sehingga selama ini produksinya minyak tidak terlalu signifikan.
"Tidak ada pengaruhnya sama sekali," kata Ed Morse, Managing Director and Global Head of Commodities Research dari Citigroup Global Markets kepada CNBC, Jumat (15/6/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang paling penting bukanlah ada di tanah dan bisa dijual, tapi seberapa cepat minyak itu bisa diproduksi . Jadi, selama tidak ada investasi yang masuk ke sektor hulu Venezuela, terutama dari perusahaan yang punya teknologi memproduksi minyak dalam jumlah besar, cadangan tersebut tidak akan berpengaruh sama sekali," ujarnya.
Chavez, yang masa jabatannya bisa berakhir saat pemilu Oktober nanti, mengatakan ia sanggup menggenjot produksi minyak Venezuela hingga dua kali lipat, mencapai 6 juta barel per hari di 2019.
Saat terpilih untuk kedua kalinya di 2006, Chavez sudah menasionalisasikan aset-aset minyak, baja, semen dan perbankan. Hal ini sangat merugikan sektor swasta, sehingga membuat investor asing menjauh.
Di bawah kepemimpinan Chavez, produksi minyak nasional Venezuela pun stagnan. Investasi baru yang dilakukan BUMN minyak setempat, PDVSA, hanya US$ 11 miliar atau 9% dari omzet yang diraihnya.
Angka itu jauh lebih kecil dari salah satu salah satu BUMN migas Meksiko, Pemex, yang sudah menginvestasikan US$ 19 miliar atau sekitar 17% dari omzetnya. Sementara Petrobras milik Brazil menghabiskan US$ 42 miliar (29%) pada periode yang sama.
(ang/dnl)