Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak kepada detikFinance, Rabu (19/2/2014)
"Saya melihat memang ada beberapa mereka yang kembali, dan memberikan pelayanan di dalam negeri, terutama bidang konstruksi dan industri juga, apalagi kita ada program MP3EI," katanya.
Hermanto mengatakan, saat ini Indonesia punya sedikitnya 600.000 insinyur. Sebagian besar masih bekerja di Indonesia, namun sebagian kecil bekerja di luar negeri karena di dalam negeri sektor tersebut jarang dibutuhkan.
"Yang banyak masih di dalam negeri, yang di luar kadang-kadang pekerjaan yang jarang di sini," katanya.
Hermanto mengatakan, beberapa proyek di dalam negeri yang sangat membutuhkan para insinyur sangat beragam mulai dari bidang industri manufaktur, konstruksi, industri strategis, dan lain-lain.
"Kalau para insinyur kita sudah praktik di negara lain maka kompetensi mereka tambah, maka kita sambut baik," katanya.
Proyek Hilirisasi Industri
Menurutnya bidang industri olahan banyak membutuhkan tenaga insinyur khususnya bidang sektor kelapa sawit. Misalnya proyek kawasan industri olahan sawit di Sei Mangkei Sumatera utara, juga Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy Kalimantan Timur. Di kawasan ini membutuhkan banyak insinyur bidang industri dan konstruksi dan lainnya.
"Ini semua kerjaan insinyur, dengan ini proses di Indonesia ada nilai tambah, maka kita sebetulnya memberi ruang pekerjaan lebih banyak dan teknologi," katanya.
Infrastruktur Megapolitan
Beberapa tahun ke depan, beberapa kawasan di Indonesia seperti DKI Jakarta mulai membenahi infrastrukturnya termasuk transportasi massal. Beberapa proyek besar seperti MRT dan monorel mulai dilakukan. Bahkan tak menutup kemungkinan pembangunan jalan-jalan bawah tanah akan dibangun karena sempitnya lahan di Jakarta.
Pembangunan kawasan megapolitan tak bisa dihindari di Indonesia. Selain Jabodetabek ada juga kawasan megapolitan di Jawa Timur yang membutuhkan ahli-ahli sipil, transportasi dan sebagainya seperti di Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan, dan Gresik.
"Di perkotaan sekarang ini membangun jalan di dalam bumi, di pusat kota bangunan harus vertikal. Sekarang ini tuntutan bangunan MRT di bawah tanah," katanya.
Proyek Strategis
Perlahan namun pasti, industri strategis di Indonesia terus berkembang. Proyek pembuatan pesawat terbang oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kian banyak. Termasuk rencana pengembangan pembuatan kapal selam di dalam negeri oleh PT PAL. Menurut Hermanto saat ini banyak insinyur Indonesia yang bekerja di luar negeri di bidang dirgantara.
"Yang di luar negeri misalnya ahli aeronautika. Yang bekerja di luar umumnya di bidang teknologi tinggi juga," kata Hermanto yang juga wakil menteri pekerjaan umum ini.
Hermanto menambahkan, selain masalah tadi ada yang cukup penting yang kini sedang disiapkan pemerintah dan DPR-RI, yaitu Undang-undang tentang Keinsinyuran. RUU rencananya akan segera disahkan dalam waktu dekat dalam rapat paripurna DPR.
Rancangan UU ini penting mencegah kesalahan dan kelalaian praktik keinsinyuran yang dapat merugikan masyarakat, mengatasi pekerjaan teknologi dan alih teknologi, mengamankan investasi dan anggaran pembangunan, mengembangkan keinsinyuran dan teknologi, serta penyetaraan kualifikasi dan kompetensi insinyur Indonesia dengan insinyur dari negara lain.
"UU ini melindungi masyarakat yang memakai insinyur, juga supaya insinyur merancang supaya ada asuransinya. Intinya supaya ada payung hukum. Supaya mereka berkembang," katanya.
Ia juga mengatakan UU ini akan membantu melindungi insinyur Indonesia di tengah persiapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir 2015 nanti. "Apalagi ada ASEAN 2015, dan daya saing kita harus dipacu," katanya.
(hen/dnl)