Produksi Kakao RI Terus Merosot Selama 8 Tahun Terakhir

Produksi Kakao RI Terus Merosot Selama 8 Tahun Terakhir

- detikFinance
Selasa, 15 Apr 2014 11:44 WIB
Jakarta - Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) mencatat produksi biji kakao lokal terus menurun dalam periode 8 tahun terakhir. Penurunan produksi kakao sudah terjadi sejak 2006.

Ketua Umum Askindo Zulhefi Sikumbang menjelaskan puncak produksi kakao terbesar di Indonesia pernah terjadi di 2006 dengan produksi kakao mencapai 620.000 ton. Sejak saat itu produksi kakao bergerak tidak stabil salah satunya disebabkan banyak pohon kakao yang sudah tua dan perubahan iklim.

"Produksi terus turun karena perubahan iklim yang ekstrem lalu ada hama penyakit, tanaman banyak yang tua dan tidak ada penyuluhan tanaman kakao," ungkapnya saat berdiskusi tentang Kakao: Menembus Pasar Kakao Eropa di JIExpo Kemayoran Jakarta, Selasa (15/4/2014).

Ia menjelaskan produksi kakao di 2007 menurun menjadi 525.174 ton, tahun 2008 kembali turun 520.462 ton, pada 2009 turun lagi 542.207 ton, tahun 2010 kembali naik 557.596 ton, pada 2011 anjlok jadi 465.809 ton, 2012 sebanyak 453.729 ton dan di tahun 2013 sebanyak 450.000 ton.

Zulhefi menuturkan pertama kali penanaman kakao secara massal di Indonesia terjadi pada kurun waktu 1980-an hingga 1995. Indonesia sempat menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia di bawah negara Pantai Gading dan Ghana.

"Bagaimana bergeraknya produksi kakao di Indonesia mulai terjadi tahun 1980-1995. Sehingga kita bisa menjadi produsen ketiga di dunia," imbuhnya.

Produksi biji kakao yang besar mengundang para eksportir biji kakao datang ke Indonesia. Hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan aturan bea keluar yang memberatkan eksportir sehingga berdampak pada tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan kakao di dalam negeri.

Askindo menargetkan ke depan harus lebih banyak investor yang mengolah kakao olahan setengah jadi menjadi produk jadi dan siap konsumsi. Produksi kakao dalam bentuk siap konsumsi bisa mendapatkan nilai tambah yang jauh lebih besar.

"Kemudian datang eksportir biji kakao seperti Olam, Armajaro, Cargill dan lain-lain itu terjadi di tahun 1995-2010," katanya.

Kemudian pada periode 2010-2015 terjadi pengolahan industri kakao setengah jadi oleh BT Cocoa, Barry Callebaut, Cargill, Guang Chong di Batam, Mars di Makassar).

"Tahun 2015 ke depan kita harus menjadi industri makanan jadi cokelat. Karena supply tepung cokelat semakin banyak di depan. Monggo (Yogyakarta), Chocodot, Nestle, Unilever, Arnott's, dan Ceres," jelasnya.

(wij/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads