Komponen yang akan ditambah dan dimasukan ke dalam KHL yang baru adalah mulai dari biaya untuk membeli koran, kebutuhan pulsa hingga parfum dan lainnya.
"Soal KHL, satu contoh kita masukkan koran sebagai satu kebutuhan buruh. Lalu pulsa kita tidak menutup mata semua buruh punya handphone. Itu semua kebutuhan. Lalu buruh minta parfum, kan manusia masa tidak punya parfum tetapi jangan dilihat mereknya Guci. Jadi saya pikir 60 menjadi 84 item itu adalah hal yang wajar," ungkap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea saat berdiskusi dengan media dengan tema "Merumuskan Produktivitas Kita" di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Rabu (30/04/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi mana item yang bisa dicoret tetapi harus ada argumentasi dari masing-masing. Lalu kita rumuskan berapa sih KHL yang tepat lalu kita tetapkan. Memang harus ada perumusan di dewan pengupahan kemudian disurvei kembali mana yang harus direduksi mana yang tidak atau ditambah," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan 60 item KHL masih layak diberlakukan tahun ini. Menurut Sofjan peningkatan KHL seharusnya diimbangi dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja Indonesia.
"Sudah ada di beberapa yang kebutuhan hidup buruhnya sudah lebih dari KHL. Kalau mau naik lebih tinggi bagaimana persaingan kita terutama melihat produktivitas. Ini nggak fair. Produktivitas kamu tidak lihat, kalau turun harusnya ya turun bukan naik. Jadi kebutuhan 60 item masih feasible tahun ini," jelasnya.
(wij/hen)