"Saya shock, saya malu, malu kita sama lembaga keuangan, tanda tangan sana sini, tapi ternyata digantung seperti ini sama Freeport," ujar Presiden Direktur PT Indosmelt Copper Smelter and Refinery Natsir Mansyur ditemui di Kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Kuningan, Rabu (11/6/2014).
Natsir mengatakan, pasalnya Freeport sudah memilih Antam untuk memasok bahan baku konsentrat tembaganya. Hal ini membuat dirinya kebingungan, karena awalnya Freeport berkomitmen akan memasok konsentrat ke PT Indosmelt.
"Saya ini digantung, dicerai sama Freeport belum, karena kan kita sudah ada perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sale and Purchase Agreement/CSPA) konsentrat tembaga dengan Indosmelt, ini pemutusan surat CSPA-nya tidak ada," ungkapnya.
Hal tersebut membuat dirinya merugi, pasalnya dana yang dikeluarkan untuk membangun smelter tersebut sudah banyak dan dirinya sudah siapkan dana sebanyak US$ 1,5 miliar agar smelter tersebut terbangun.
"7 tahun saya rintis untuk bangun smelter ini, dari undang-undangnya belum ada sampai sekarang, tapi sekarang nggak jelas seperti ini," ujarnya.
Natsir menyesalkan keputusan Freeport yang membangun smelter di Gresik dan sikap diam pemerintah. Apalagi rencana smelter yang dibangunnya mencapai kapasitas 120.000 ton dengan kebutuhan bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 500.000 ton per tahun.
"Memang saya sama Freeport itu business to business tapi kan smelter ini program pemerintah harusnya dukung dong yang mau buat smelter, apalagi bangun smelternya di Gresik, kenapa tidak di Papua atau seperti saya di Sulawesi Selatan, biar merata ekonomi kita, nggak terpusat di satu daerah saja yakni Jawa," tandasnya.
(rrd/hen)











































