Namun acara makan siang ala Presiden Jokowi ini sempat diwarna insiden antara perwakilan nelayan dengan Menteri Susi. Hal ini diakui oleh perwakilan nelayan yang ikut makan bersama Jokowi siang tadi.
Koordinator nelayan Rembang-Brebes Bambang Wicaksana mengatakan, buntut dari insiden tersebut Menteri Susi keluar kawasan Istana dengan wajah kecewa. Susi keluar terlebih dulu, 15 menit kemudian disusul para nelayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terpaksa berbagai upaya kami lakukan mulai dari Ombudsman, DPR RI, berdemo, tidak ada tanggapan dari Ibu Susi, sehingga terpaksa kami menghadap Bapak Presiden," tegas Bambang usai bertemu Presiden Jokowi di Istana, Rabu (8/4/2015).
Bahkan Bambang mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut terjadi 'perang mulut' antara pihaknya dengan Menteri Susi.
"Seru, ada Ibu Susi yang orangnya keras, kita juga kerasโ. Malah berantem di depan presiden, tapi setelah selesai Presiden menjanjikan Insya Allah akan menyelesaikan masalah ini dengan baik," kata Bambang.
Ia mengatakan aspirasi para nelayan agar alat tangkap ikan cantrang dilarang dengan masa transisi yang lebih lama. Namun sayangnya Menteri Susi tak mau mengubah kebijakannya bahwa cantrang dilarang mulai tahun ini.
"Kami inginkan waktu transisi yang lebih panjang. Paling tidak, itu 3 tahun. Sementara Ibu Susi memberikan waktu sampai September 2015. Ini agenda yang akan ditengahi oleh presiden. Semoga keinginan kami dipenuhi," katanya.
Bambang menilai Menteri Susi mengeluarkan kebijakan larangan penggunaan cantrang namun tidak memberikan solusi bagi para nelayan. Mereka berharap bila ada larangan maka harus ada kompensasi atau penggantian alat dan transisi peraturan yang lebih lama.
"Cantrang itu semacam jaring berkantong yang ditarik/diangkat. Ini lain dengan trawl (pukat). Karena trawl punya ciri yang berlainan dengan cantrang. Yang jelas bahasa umumnya trawl itu untuk menangkap udang, sementara kami menangkap ikan," katanya.
(hen/hds)