Menurut Ketua Umum DPP IKAPPI Abdullah Mansuri, saat ini stok daging berkurang karena beberapa alasan. Ia menambahkan, situasi ini dimanfaatkan mafia daging dan oknum importir untuk menggiring opini supaya membuka keran impor.
"Kami tidak ingin, pedagang daging di pasar tradisional menjadi korban dari permainan mafia daging dan oknum importir," katanya kepada detikFinance, Minggu (9/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, ada isu ditemukannya penggunaan obat-obatan Beta Agonist pada pakan dan imbuhan pakan ternak. Sehingga ada ketegangan antara perusahaan feedloter saling tuduh adanya pemakaian bahan berbahaya.
"Perusahaan feedloter kabarny banyak yang menahan sapi bakalan untuk tidak dipotong dahulu. Sehingga stok daging sapi berkurang di pasaran," ujarnya.
Sehingga, kata dia, stok sapi bakalan akan tetap tersedia, tapi stok daging akan menipis di pasaran. Nah, situasi ini yang dimanfaatkan oleh para oknum importir daging.
"Beberapa pihak mulai lantang teriak buka dan tambah kuota impor! Coba perhatikan berita beberapa hari ini tentang daging, semua menggiring pada satu poin. Buka dan tambah kuota impor," jelasnya.
Ia menambahkan, mahal dan langkanya daging sapi di dalam ini membuat banyak pihak membenarkan bahwa situasi ini seakan-akan darurat.
"Akhir Agustus ini akan masuk 1 juta ekor sapi indukan dari india. Sikap DPP IKAPPI jelas, kami menolak!" Tegasnya.
Menurutnya, India bukanlah negara yang bebas dari penyakit mulut dan kuku. Dampak secara ekonomi jelas berbahaya bagi para pedagang daging di pasar.
"Selain itu, kami khawatir dibukanya kran impor sapi indukan dari India ini juga jadi pintu masuk bagi penambahan kuota impor sapi bakalan," ucapnya.
(ang/ang)