Rizal Ramli Sebut Harga Avtur Pertamina Lebih Mahal 22% dari Impor

Rizal Ramli Sebut Harga Avtur Pertamina Lebih Mahal 22% dari Impor

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 15 Sep 2015 11:18 WIB
Jakarta -

Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli ikut angkat bicara soal mahalnya harga avtur yang dijual PT Pertamina (Persero) ke bandara-bandara di seluruh Indonesia. Rizal meminta Pertamina sendiri berinisiatif untuk menurunkan harga avturnya.

Bila bisnis avtur untuk bandara dibuka pada swasta, nantinya Pertamina sendiri yang rugi. Karena itu, Pertamina harus menurunkan harga avtur supaya bisnisnya tidak terancam.

"Pertamina ambil inisiatif lah, jangan jual terlalu mahal. Karena kalau maskapai nggak beli dari Pertamina, Pertamina sendiri yang rugi," kata Rizal usai acara diskusi di Widya Graha LIPI, Jakarta, Selasa (15/9/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rizal menyebut harga avtur Pertamina 122% dari harga internasional, atau dengan kata lain 22% lebih mahal. Dari selisih 22% tersebut, 10% diantaranya berasal dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sementara 12% sisanya di luar pajak, berasal dari komponen-komponen biaya yang mestinya bisa ditekan oleh Pertamina.

12% tersebut, menurut Rizal, harusnya diefisienkan oleh Pertamina sehingga harga avtur bisa turun 12%.

"Avtur Pertamina memang lebih mahal dari harga internasional, 122%. Memang ada komponen PPN 10%. Mestinya harga avtur bisa dikurangi paling nggak 12%," dia mengungkapkan.

Sebelumnya, Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan, mahalnya harga avtur Pertamina dibanding harga internasional disebabkan banyak faktor. Pertama, karena kondisi kilang Pertamina sudah tua, sehingga avtur yang dihasilnya harga pokoknya saja sudah lebih mahal 5% dari harga internasional.

"Kedua, karena banyaknya pajak dan potongan, yakni PPN 10% dan pungutan dari BPH Migas 0,3% per liter. Belum lagi ditambah dengan cencession fee dari Angkasa Pura selaku pengelola bandara," jelas Bambang.

"Beri kami waktu, kami sedang berusaha untuk menurunkan harga avtur, ini melibatkan banyak pihak, mulai dari pengolahan (kilang) dan lainnya. Dari kami bisa turunkan dengan kombinasikan avtur impor dan efisiensi distribusi. Target kami tidak lama lagi harga avtur bisa seperti di Kuala Lumpur atau Bangkok," tutup Bambang.

(rrd/rrd)

Hide Ads