Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Pandu P.Sjahrir, mengatakan pihaknya sudah berkumpul bersama pemangku kepentingan lain, seperti pemerintah dan PT PLN (Persero) soal pasokan batu bara ini.
"Hasil diskusi menyimpulkan adanya kekhawatiran mengenai ketersediaan pasokan batu bara untuk menjamin program kelistrikan nasional 35 GW. Hal ini disebabkan harga komoditas yang telah menurun secara drastis sejak tahun 2012," ujar Pandu, dalam diskusi di Jakarta, Senin (7/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga dan cadangan batu bara sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh permintaan PLTU. Tetapi juga ditentukan oleh permintaan pasar dunia yang banyak. Dampaknya adalah penurunan cadangan batu bara," katanya.
Ia mengatakan, proyek kelistrikan yang bersifat jangka panjang tentu memerlukan jaminan ketersediaan pasokan batu bara yang cukup.
"Kami semua (APBI bersama The Independent Power Producers Association of Indonesia/APLSI) pada November 2015 lalu sudah duduk bersama untuk memikirkan bagaimana kondisi batu bara untuk 25-30 tahun ke depan," jelasnya.
Ia memperkirakan, permintaan dari dalam negeri untuk batu bara saat ini 80-90 juta ton per tahun. Jumlahnya dinilai belum cukup untuk membuat produsen menambang lebih banyak batu bara.
Apalagi permintaan dari China dan India sedang melambat. Ekspor batu bara Indonesia ke dua negara tersebut selama ini memang cukup tinggi. (ang/ang)