Pengusaha: Ketersediaan Batu Bara Untuk 35.000 MW Mengkhawatirkan

Pengusaha: Ketersediaan Batu Bara Untuk 35.000 MW Mengkhawatirkan

Cindy Audilla - detikFinance
Senin, 07 Mar 2016 13:12 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pengusaha batu bara menyatakan, pasokan batu bara untuk proyek listrik 35.000 MW mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya adalah harga jual batu bara yang masih rendah.

Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Pandu P.Sjahrir, mengatakan pihaknya sudah berkumpul bersama pemangku kepentingan lain, seperti pemerintah dan PT PLN (Persero) soal pasokan batu bara ini.

"Hasil diskusi menyimpulkan adanya kekhawatiran mengenai ketersediaan pasokan batu bara untuk menjamin program kelistrikan nasional 35 GW. Hal ini disebabkan harga komoditas yang telah menurun secara drastis sejak tahun 2012," ujar Pandu, dalam diskusi di Jakarta, Senin (7/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab, kata Pandu, di tengah rendahnya harga batu bara maka banyak produsen yang menghentikan produksi. Sehingga ketersediaan pasokan pun tidak ditambah untuk sementara waktu.

"Harga dan cadangan batu bara sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh permintaan PLTU. Tetapi juga ditentukan oleh permintaan pasar dunia yang banyak. Dampaknya adalah penurunan cadangan batu bara," katanya.

Ia mengatakan, proyek kelistrikan yang bersifat jangka panjang tentu memerlukan jaminan ketersediaan pasokan batu bara yang cukup.

"Kami semua (APBI bersama The Independent Power Producers Association of Indonesia/APLSI) pada November 2015 lalu sudah duduk bersama untuk memikirkan bagaimana kondisi batu bara untuk 25-30 tahun ke depan," jelasnya.

Ia memperkirakan, permintaan dari dalam negeri untuk batu bara saat ini 80-90 juta ton per tahun. Jumlahnya dinilai belum cukup untuk membuat produsen menambang lebih banyak batu bara.

Apalagi permintaan dari China dan India sedang melambat. Ekspor batu bara Indonesia ke dua negara tersebut selama ini memang cukup tinggi. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads