Para petani di sejumlah daerah rupanya sudah puluhan tahun mengandalkan cangkul made in China di sawah.
Fajar, Ketua Kelompok Tani Mudi Rahayu Purbalingga, Jawa Tengah, mengaku sudah puluhan tahun lamanya mengandalkan cangkul impor China dengan merek Crocodile. Menurutnya, cangkul asal China tersebut sudah lama populer dipakai para petani di daerahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cangkul merek China, kata Fajar, banyak dijumpai di toko material. Selama ini, dirinya dan petani lainnya tak mempermasalahkan cangkul yang dipakainya buatan China atau lokal.
"Kita tahunya pakai yang memang cocok dan bagus dipakai. Yang sudah terkenal di sini ada 2, cap mata dan cap buaya. Belinya di toko material, harganya antara Rp 80.000-100.000. Itu baru cangkulnya saja, belum gagangnya," ujar petani gabah asal Desa Baleraksa, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga ini.
Setali tiga uang, petani bawang merah asal Bima, Amirudin, juga mengaku dirinya dan petani di daerahnya sudah puluhan tahun menggunakan cangkul pabrikan China.
"Petani di Bima kalau pakai cangkul biasanya pakai yang merek cap buaya juga. Ada stiker pakai Bahasa Mandarin, dipakai enak saja. Saya beli 2 tahun lalu sampai sekarang masih bagus," tutur Amirudin. (wdl/wdl)