Menteri BUMN, Rini Soemarno, dalam waktu dekat berencana menghidupkan kembali KKA lewat kerjasama dengan perusahaan pengolahan kayu asal Finlandia, Florestas. Selain itu, dirinya juga meminta PT Semen Indonesia menyerap kertas yang diproduksi oleh KKA.
"Seumpama Kertas Kraft Aceh (beroperasi), bagaimana kita menghidupkan kembali, kita meminta Semen Indonesia membeli sak dari sana, sehingga mereka meningkatkan revenue di sana," kata Rini ditemui di acara Funwalk Porseni BUMN 2016 di Kementerian BUMN, Minggu (27/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kertas Leces itu dari biomass-nya, dia bisa memproduksi listrik. Jadi kita minta BUMN membeli itu," ujar Rini.
Sebelumnya, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementeruan BUMN, Aloysius Kiik Ro menyampaikan, pemerintah serius menghidupkan kembali BUMN produsen kertas, dengan fokus tahun ini adalah merestrukturisasi KKA yang berada di Kabupaten Aceh Utara lebih dulu.
Skemanya, modal pemerintah berupa pabrik dan mesin yang masih ada sampai saat ini, sementara Florestas mengucurkan dana Rp 400-500 miliar untuk modernisasi mesin.
"Kita lagi hidupin itu, pokoknya salah satu dari Findlandia, mereka masih melakukan due diligence. Mungkin sudah tahap akhir," kata Aloysius.
Proses penilaian dari investor Finlandia tersebut yakni kepastian bahan baku kertas dari hutan produksi di wilayah sekitar pabrik. Sementara kesiapan lainnya, seperti mesin produksi dan gas, dianggap sudah rampung.
"Isunya tinggal yang sekarang kepastian pasokan kayu, nah mereka sedang meneliti yang potensi kapasitas hutan pinus di sana. Karena secara, mesin masih (bagus), dan sekarang gas sudah mulai ada. Modal kerja juga siap, pemerintah Finlandia juga secara nggak langsung menyalurkan dana ke badan usaha di bidang itu," jelas Aloysius.
Aloysius mengatakan, skema perjanjian pengoperasian KKA lebih lanjut masih dibahas. Sementara investasi yang akan digelontorkan Floresta mencapai Rp 300-400 miliar.
"Ada hitungan sekitar Rp 300-400 miliar, tapi ada beberapa modernisasi peralatan yang di ujung itu dulu kan 3 lapis, dengan tekhnologi baru 2 lapis, sehingga bisa lebih efisien dan lebih kuat. Investor sebagian besar dari sana, karena kita kan fasilitas pabrik," jelas Aloysius. (dna/dna)