Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, menjelaskan inflasi Februari disumbang paling besar oleh kenaikan dari tarif listrik, perumahan, gas, dan bahan bakar yang naik sebesar 0,75% dengan andil pada inflasi 0,17%.
Sementara kontributor lainnya yakni sandang yang inflasinya 0,52% dengan andil 0,03%. Dimana kenaikan kebutuhan sandang ini dipicu kenaikan harga pada perhiasan, khususnya perhiasan emas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyebab utamanya kenaikan rokok kretek dan rokok kretek filter yang andilnya 0,01%. Kemudian kelompok perumahan, listrik, dan gas. Tapi efek paling besar dari penyesuaian subsidi listrik dengan daya 900 VA yang andil inflasinya 0,11%," terang Kecuk di kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Dia melanjutkan, laju inflasi ini terbilang masih terkendali, ini lantaran bahan kebutuhan pangan yang biasanya jadi pengatrol inflasi malah mengalami penurunan harga (deflasi). Harga bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,31% dan memiliki andil menahan inflasi sebesar 0,09%.
"Harga bahan makanan sangat terkendali, sehingga bahan makanan malah deflasi 0,31%. Ini tentu saja capaian bagus, karena biasanya bahan makanan jadi penggerak luar biasa, tapi di Februari malah harganya turun," ungkap Kecuk.
Beberapa komoditas bahan pangan yang mengalami penurunan antara lain cabai merah yang turun 5,7%, daging ayam turun 6,1%, telur ayam turun 4,3%, dan beras turun 0,15%.
"Jadi bahan makanan secara keseluruhan turun atau deflasi. Tapi di dalamnya ada pergerakan harga komoditas yang tinggi yakni harga cabai rawit merah dan bawang merah," tandas Kecuk.
Dari survei yang dilakukan BPS, ada 62 kota yang mengalami inflasi dan 20 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado 1,16% dan inflasi terendah di Ternate 0,03%. Sementara deflasi terendah terjadi di Muara Bungo sebesar 0,02%. (idr/hns)











































