RDP yang dipimpin oleh Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu ini mulai pukul 15.30 WIB ini, dihadiri oleh 14 Anggota Komisi VII DPR RI dari 6 fraksi, Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa, Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman, dan Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar.
Dalam RDP, Fanshurullah mengungkapkan bahwa proyek pipa transmisi ruas Cirebon-Semarang yang sudah dilelang dan dimenangkan oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) sejak 11 tahun lalu ternyata belum dibangun sampai hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pipa Cirebon-Semarang dilelang tahun 2006, pemenangnya Rekind. Pipa Kalija II pemenangnya Bakrie. Sudah hampir 11 tahun. Sudah kami panggil untuk minta kepastian membangun pipa ini," kata Fanshurullah dalam RDP di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/7/2017).
Berdasarkan pengakuan Rekind, kata Fanshurullah, pipa Cirebon-Semarang belum digarap karena kesulitan mendapatkan sumber pasokan gas, dan juga belum mendapatkan pembeli gas dari pipa tersebut. BPH Migas telah memberi batas waktu bagi Rekind hingga 15 September 2017 untuk memberi kepastian.
"Salah satu keluhan Rekind karena kendala pasokan gas dan pembelinya belum ada. Rekind akan memberi jawaban mengenai kesanggupan atau tidak, paling lambat 15 September 2017," tegasnya.
Setali tiga uang, Bakrie kesulitan mendapat sumber pasokan gas untuk dialirkan melalui pipa Kalija II.
"Pipa Kalija II kendala utamanya belum terdapat alokasi gas. Badan usaha enggak bisa bangun, enggak bisa dapat pinjaman bank karena enggak ada kepastian pasokan gasnya," tutur Fanshurullah.
Fanshurullah menambahkan, pasokan gas untuk pipa Kalija I terancam. Sebab, Lapangan Kepodang yang dikelola Petronas Carigali ternyata habis lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Dalam Plan of Development (PoD), Lapangan Kepodang rencananya memproduksi gas dan memasok ke pipa Kalija I sampai 2026, tapi ternyata 2018 gasnya sudah akan habis.
"Pipa Kalija I dari Kepodang ke Tambak Lorok yang sudah dibangun Bakrie dan PGN sekitar 2014 lalu, kami dapat info Lapangan Kepodang mengalami penurunan produksi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, 2018 sudah habis gasnya, padahal harusnya berdasarkan PoD baru habis 2026," ucap Fanshurullah.
Keadaan kahar ini tentu merugikan Bakrie dan PGN yang sudah berinvestasi untuk membangun pipa. Pemilik pipa belum balik modal, tapi pasokan gas sudah hampir habis. Fanshurullah mengaku sedang mengkaji dan mencari jalan keluar untuk masalah ini.
"Mereka (Bakrie dan PGN) BEP (Break Event Point) saja belum. BPH Migas akan mengkaji permasalahan tersebut," tutupnya. (mca/hns)