Praktik mencampur berbagai jenis beras dari varietas yang berbeda sebenarnya lumrah dilakukan pedagang. Namun 'meracik' beras, istilah yang digunakan pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, bukan dilakukan untuk meraup untung besar atau membohongi konsumen.
Haji Sugimin, salah seorang pedagang beras di PIBC menuturkan, meracik beras dilakukan hampir semua pedagang di pusat kulakan beras terbesar di Jakarta tersebut dan lumrah terjadi. Hal itu dilakukan guna menciptakan kualitas beras sesuai yang diinginkan pasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pencampuran beras dengan jenis yang berbeda juga terkadang atas permintaan pembeli. Dia menegaskan, tak benar, jika pedagang meracik beras untuk mengejar margin tinggi.
"Keterlaluan kalau ada pejabat bilang pedagang ngoplos beras tapi kurang tahu kualitas beras. Coba pejabatnya suruh makan beras medium jelek, enggak ketelen. Memang agar enak perlu racik dulu. Kadang pembeli yang minta, warung padang kan kadang punya selera sendiri, tidak terlalu pulen, agak perah sedikit," ujar Sugimin.
Pedagang beras lainnya, Alex mengungkapkan hal yang sama. Mencampur beras juga tak sembarangan dilakukan. Ada formula yang berbeda untuk menciptakan rasa beras yang pas sesuai keinginan pasar.
"Enggak bisa seenaknya campur-campur beras. Kayak beras Bandung ya kita campur yang kualitasnya sama. Itu biasa namanya meracik beras," tutur Alex. (idr/wdl)











































