Sepinya sektor ritel tergambar dari kondisi Pasar Glodok, WTC Mangga Dua hingga Roxy Square.
"Menurut saya Jakarta di beberapa mal agak turun karena ada online. Orang beli online. Bisa jadi sekarang sedang pembangunan infrastruktur, macet di mana-mana, orang cenderung males ke luar jadi pada beli online," kata Yunita di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daya beli masyarakat masih tetap baik dan tergambar dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang hingga semester I 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 13,5%. Tumbuhnya PPN menandakan banyaknya transaksi yang terjadi di enam bulan pertama tahun ini.
Iya menegaskan, sepinya sektor ritel dikarenakan lebih kepada perubahan kebiasaan prilaku masyarakat dalam berbelanja.
"Ya betul, shifting cara orang belanja. Kita lihat di laporan tingkat hunian hotel, enggak kan. Kemarinkan libur sekolah, Juni pas puasa beberapa masih naik," tambah dia.
Baca juga: Potret Nyata Lesunya Ekonomi Indonesia |
Dia mengungkapkan, indikator daya beli masyarakat melemah bisa dilihat dari tingkat inflasi. Dia mencontohkan, dari Rp 10.000 jika inflasinya tinggi maka nilai tersebut menjadi rendah. Bahkan, yang tadinya bisa membeli 1 kg gula, dengan inflasi tinggi hanya bisa membeli gula 0,5 kg. Saat ini, tingkat inflasi Juli 2017 sebesar 0,22% dan dianggap masih terkendali.
"Inflasi tinggi enggak bagus, terlalu rendah enggak bagus juga. Jangan terus-terusan deflasi. 0,22% ini masih oke, enggak terlalu mengkhawatirkan," tukas dia. (mkj/mkj)