Menperin: Investor Mau Produksi Garam RI, Tapi Terganjal Lahan

Menperin: Investor Mau Produksi Garam RI, Tapi Terganjal Lahan

Muhammad Idris - detikFinance
Kamis, 03 Agu 2017 14:37 WIB
Foto: Muhammad Idris
Jakarta - Indonesia saat ini masih sangat bergantung pada garam impor. Dari kebutuhan garam nasional sebanyak sekitar 4,1 juta ton per tahun, produksi lokal hanya bisa memenuhi antara 1,7-1,8 juta ton per tahun. Impor garam, terutama dilakukan untuk kebutuhan industri.

Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, sebenarnya cukup banyak investor yang tertarik memproduksi garam industri, khususnya di kawasan Provinsi NTT. Namun masalah lahan masih jadi kendala utamanya.

Saat ini sudah ada dua investor yang merintis produksi garam industri di NTT, yakni PT Cheetam Garam Indonesia, yang merupakan anak usaha Cheetam Salt Ltd asal Australia, serta BUMN yakni PT Garam. Lagi-lagi, pembebasan jadi masalah utamanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kalau (garam) industri harus bisa berbasis lahan, kalau lahan enggak terbebaskan, industrinya jadi enggak terbangun," kata Airlangga ditemui di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (3/8/2017).

Menurutnya, Pemda setempat seharusnya terlibat aktif dalam upaya pembebasan lahan agar tambak garam Cheetam dan PT Garam segera beroperasi. Dia mencontohkan, investor garam lainnya, PT Unichem Candi Indonesia di Gresik, sudah beroperasi karena proses pembebasan lahan bisa rampung.

"Solusinya harus melakukan pembebasan dengan Pemda di sana. Kalau kita lihat Unichem di Gresik sudah produksi garam. Jadi tergantung pendekatan. kalau serius mau investasi pasti ada jalannya," ujar Airlangga.


Secara keseluruhan, total lahan potensial untuk garam industri di NTT mencapai 10.000 hektar dengan total produksi 1 juta ton per tahun. Dengan iklim menyerupai Australia, potensi garam industri di NTT ini bisa untuk menutup ketergantungan impor.

Diketahui kebutuhan garam industri mencapai 2,3 juta ton setahun. Kebutuhan ini masih bergantung pada impor karena produksi dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan garam industri. (idr/hns)

Hide Ads