"Kelompok menengah ke bawah ada penurunan pendapatan. Ada dampak kebijakan subsidi reform di listrik. Itu pengaruh sekali. Februari-Juni naik itu pengaruh ke daya beli," ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo, di Gedung BI, Jakarta (3/8/2017).
Baca juga: Daya Beli Lesu, Ini Kata Bos Bukalapak |
Selanjutnya, penurunan aktivitas oleh korporasi. Sehingga mempengaruhi lapangan kerja formal maupun informal. Dody menyampaikan adanya penurunan upah buruh dan Nilai Tukar Pertani (NTP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, bagi kelompok menengah atas lebih memilih untuk menunda konsumsi. Hal itu terlihat dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada perbankan.
"Mereka tunda konsumsi, mereka alihkan konsumsi ke kegiatan yang sifatnya simpanan. Data DPK itu naik terutama kelompok di atas Rp 1-2 miliar naik semua," terang Dody.
Biasanya ini dikarenakan masih adanya ketidakpastian dari beberapa sisi, baik soal harga komoditas maupun ekonomi secara umum akibat pengaruh global. Dimungkinkan belanja kembali lancar pada semester II-2017.
"Kami harap konsolidasi ini, semoga ditangkap untuk kemudian berkurang," tandasnya. (mkj/dnl)