Mendag Mau Ketemu Menhan Bahas Barter Kopi Sampai Teh dengan Sukhoi

Mendag Mau Ketemu Menhan Bahas Barter Kopi Sampai Teh dengan Sukhoi

Muhammad Idris - detikFinance
Kamis, 10 Agu 2017 15:30 WIB
Foto: AFP
Jakarta - Pemerintah lewat Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertahanan, tengah mematangkan rencana barter pesawat Sukhoi Su-35 buatan Rusia dengan komoditas perkebunan seperti karet, kopi, teh, dan minyak sawit.

Kesepakatan imbal dagang tersebut sebenarnya sudah dibahas lebih lanjut saat Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, menyambangi Rusia pada 3-5 Agustus 2017.

Dalam lawatan misi dagang tersebut, dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara BUMN Rusia, Rostec, dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), yang jadi perusahaan pelat merah Indonesia pengekspor komoditas perkebunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat dikonfirmasi lebih jauh soal perkembangan skema barter tersebut, Enggar enggan menjelaskan. Alasannya, perlu pembahasan dengan Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, untuk perkembangan lebih lanjut dengan pihak Rusia.

"Best (waktu terbaik) nanti (konferensi pers) sama Pak Menhan, nanti sama Pak Menhan," ucap Enggar, sapaan akrabnya, ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (10/8/2017).

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) merilis berita soal hasil kunjungan kerja Enggar ke ke Rusia 3-5 Agustus 2017. Dalam rilis Kemendag disebutkan pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 itu untuk mengganti armada F-5 Indonesia yang sudah usang. Adapun nilai imbal dagang yang akan dilakukan dengan Rusia senilai sekitar US$ 600 juta.


Dalam keterangan Kemendag tersebut, Enggar bilang imbal dagang bisa saling menguntungkan Indonesia dan Rusia.

"Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah ini diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran sebelas Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia, mulai dari kopi, teh, minyak sawit, dan produk-produk industri strategis pertahanan," jelas Enggar.

Kesepakatan imbal dagang tersebut bersifat sangat berarti bagi Rusia yang saat ini tengah menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutunya terkait isu keamanan dan teritorial. Sementara Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut.

Akibat embargo tersebut, negara yang dipimpin Vladimir Putin ini membutuhkan sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk buah-buahan tropis, serta produk lainnya yang membuka peluang dagang lebih besar dengan Indonesia.

Dikonfirmasi terpisah, Arlinda, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, enggan berkomentar soal rencana imbal dagang dengan Rusia tersebut. "Nanti saja,"kata dia sambil berlalu. (idr/hns)

Hide Ads