Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mengatakan salah satu hal yang fokus dibahas di pertemuan terakhir yakni pengembangan sekolah vokasi. Australia sendiri menawarkan membuka sekolah kejuruan di Indonesia.
"Berkali-kali Pak Presiden minta untuk vocational training, dan itu bukan hanya dengan Australia. Tetapi kita lihat Australia itu punya kelebihan juga di situ. Mereka sebenarnya memintanya secara lebih jauh, tapi itu melanggar UU, saya (Australia) bikin (sekolah) di sini," kata Enggartiasto ditemui di pertemuan dengan delegasi Australia di JW Marriot, Jakarta, Senin (2/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penawaran membuka sekolah vokasi di Indonesia ini di CEPA ini lantaran Indonesia kekurangan banyak tenaga ahli, di sisi lain banyak mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Australia.
"Di satu sisi sebenarnya kita tidak menutup diri berapa banyak mahasiswa kita yang sekolah di sana, berapa devisa kita yang keluar. Mereka (Australia) bilang kan you enggak usah keluar devisa, ini investasi saya. Tapi kita tidak bisa begitu saja mereka 100% melakukan itu," ujar pria yang akrab disapa Enggar.
Sementara itu, Deddy Saleh, Kepala Negosiator Indonesia, menjelaskan pembukaan lembaga pendidikan yang diinginkan Australia seperti keperawatan hingga pertambangan.
"Pendidikan yang dilirik dari Australia adalah keperawatan, pertanian, pariwisata, pertambangan, konstruksi, dan lainnya. Pendidikan keterampilan di Australia sudah sangat tinggi, levelnya akademi, bukan sekolah tinggi. Untuk jadi tukang harus punya sertifikasi. Ini yang mau kita belajar dari Australia," tutur Deddy.
Menurutnya, pembahasan di sektor kerjasama pendidikan ini masih harus dibahas kedua belah pihak dalam beberapa pertemuan lagi.
"Kita bisa mengirim pengajar ke Australia, atau Australia membuka sekolah ketrampilan di sini dengan join venture," tandasnya. (idr/hns)