"Apa yang kita lakukan tidak sedikit, kita sudah bangun 1 kapal, kita bangun lagi 5 kapal, sehingga jadi 5 kapal. Jadi ada usaha intensif dari pemerintah. Bangun kapal-kapal ternak dengan anggaran Rp 300 miliar," kata Budi saat diskusi 'Efektivitas Operasional Kapal Ternak' di Redtop Hotel, Jakarta, Senin (16/10/2017).
Dia menuturkan, dengan spek dan kapasitas angkut yang sama yakni 500 ekor, 5 kapal tersebut akan selesai pada Desember nanti, sehingga tahun 2018, ada 6 kapal ternak yang beroperasi. Sementara untuk operatornya, pihaknya belum menunjuk apakah akan kembali diserahkan kepada PT Pelni (Persero).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ada opsi untuk mencabut subsidi pada operasional kapal ternak. Hal ini dilakukan agar bisa mendorong skala ekonomi yang efisien, sehingga bisa mendorong perusahaan pelayaran swasta masuk ke bisnis pengankutan ternak.
"Kalau bisnis digantungkan ke subsidi, maka yang akan terjadi adalah kemanjaan yang berlarut. Saya juga ditawari perusahaan pelayaran swasta, mereka nggak butuh (subsidi) kapal, tapi sediakan saja sapi yang dibutuhkan, dia mau buat skala ekonomi tertentu. Kalau 500 ekor (sekali angkut) tak ekonomis, dia mau coba angkut 2.000 ekor," tutur Budi.
Sebagai informasi, dalam 1 bulan, kapal ternak akan berlayar pergi-pulang (voyage) dari sentra sapi di NTT dan NTB ke sentra konsumsi di Pulau Jawa sebanyak 2 kali. Dalam, 1 kali perjalanan pergi-pulang, KM Camara Nusantara 1 menghabiskan waktu 14 hari. Sementara untuk subsidinya yakni sebesar Rp 24 miliar per tahun. (idr/ang)