Adanya perlambatan pertumbuhan penjualan ini diperkirakan lantaran adanya perubahan atau shifting pasar konsumen pada segmen menengah ke bawah. Shifting konsumen ini membuat produk yang biasa dibeli oleh segmen menengah bergeser ke produk segmen lebih bawah.
"Apa yang bisa kami lakukan saat ini bagaimana bisa tetap memberikan produk terbaik kami ke konsumen di tengah situasi ekonomi yang sangat menantang bagi industri consumer goods tahun ini," katanya dalam public expose di Grha Unilever, Jakarta, Rabu (1/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengenai market tahun depan, dilihat dari pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,4%, kira-kira saya rasa pertumbuhan Unilever more or less akan sama. Kompetisi akan terus ketat dari lokal dan internasional," tutur Direktur Keuangan Unilever Indonesia Tevilyan Yudhistira Rusli.
"Consumer spending akan impact ke kemampuan orang untuk spend di kategori-kategori kita di food and consumer goods. Kompetisi akan terus ketat. Persaingan akan semakin kencang," tambahnya.
Menghadapi situasi itu, Perseroan akan tetap melanjutkan strategi berbasis sustainability atau yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Dilakukannya strategi tersebut terbukti berhasil mendorong pertumbuhan bisnis yang positif di antaranya Lifebuoy, Pepsodent dan Bango.
Hingga saat ini Lifebuoy sudah berhasil menjangkau 88 juta orang di 16 provinsi. Sementara brand Pepsodent telah menjangkau hampir 14 juta anak di lebih dari 250 kota di seluruh Indonesia. Termasuk Kecap Bango yang terus melakukan kerja sama dengan para penjaja makanan dalam berbagai program dan aktivasi.
"Kami percaya dengan menjalankan praktek bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, bisnis kami akan tumbuh secara positif. Tidak hanya itu, melalui brand-brand kami yang memiliki tujuan sosial yang kuat, keberadaan kami pun akan memberikan manfaat lebih bagi masyarakat Indonesia," pungkasnya. (eds/dna)