Tekan Impor, Krakatau Steel Produksi 40.000 Ton Baja Gulung

Tekan Impor, Krakatau Steel Produksi 40.000 Ton Baja Gulung

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Jumat, 15 Des 2017 17:05 WIB
Foto: Puti Aini Yasmin/detikFinance
Jakarta - PT Krakatau Steel bekerja sama dengan perusahaan Jepang Sango Corporation untuk memproduksi baja gulung atau wire rod. Dengan kerja sama ini, produksi baja wire rod bisa menekan impor dari Jepang.

Dalam kerja sama tersebut PT Krakatau Steel akan memproduksi baja yang bahan bakunya dipasok oleh Sango Corporation. Kemudian, hasil produksi akan dibeli oleh Sango Corporation untuk komponen mobil. Kerja sama ini juga diharapkan mampu memproduksi baja setiap bulannya sekitar 3.600 ribu ton atau 40 ribu ton/tahun.

Presiden Direktur PT Krakatau Steel, Mas Wigrantoro Roes Setiayadi mengatakan bahwa pihaknya juga akan menambah jumlah produksi baja. Penambahan jumlah tersebut akan disesuaikan dengan kondisi populasi mobil.

"Sesuai dengan populasi mobil yang akan dijual. Itu kan menghitung sebagai startingnya 40 ribu ton kalau nanti 1 tahun dievaluasi naik, ya naik," kata pria yang akrab disapa Mas Wig di Jakarta, Jumat (15/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, ia menjelaskan kenaikan produksi baja tersebut diperkirakan mencapai 80 ribu ton atau sesuai dengan daya serap masyarakat. Pasalnya saat ini, kata Mas Wig, kebutuhan baja di Indonesia mencapai 150 ribu ton.

"Naik 60 ribu ton atau 80 ribu ton sesuai dengan daya serap masyarakat saja. Sekarang kan kebutuhannya kita 150 ribu ton masuk 40 ribu ton kan artinya mengurangi suplai dari Jepang 40 ribu ton berarti tinggal 110 ribu ton (kebutuhan yang diimpor)," sambungnya.

Ia juga tak mengelak bahwa akan menaikkan target produksi hingga mencapai 150 ribu ton sesuai dengan kebutuhan baja Indonesia saat ini.

"Kalau kami kemudian ada kesepakatan menaikan improve lagi kebutuhannya apakah sampai 150 ribu itu kan nanti dengan pasar," pungkasnya.

Sebelumnya, PT Krakatau Steel dan Sango Corporation melakukan tanda tangan nota kesepahaman (MoU) di depan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto.


(zlf/zlf)

Hide Ads