"Ini kesempatan kami menyampaikan perkembangan makro ekonomi, dari sisi kebijakan fiskal pemerintah," kata Sri Mulyani di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (8/1/2018).
Turut hadir Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani, Bos Indofood Fransky Welirang, lalu perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita, Pengamat Pajak Yustinus Prastowo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Defisit anggaran yang 2,42% dikarenakan pendapatan negara mencapai 95,6% atau Rp 1.659,9 triliun dengan realisasi belanja negara yang mencapai 93,1% atau Rp 1.986,0 triliun.
"Terjadi perbaikan pada realisasi defisit dari sebelumnya 2,57% menjadi 2,42% dari PDB," tambah dia.
Untuk APBN 2018, kata Sri Mulyani, pemerintah akan terus menjaga momentum perbaikan ekonomi RI yang tertuang dalam realisasi APBN tahun lalu dengan menyiapkan beberapa kebijakan.
Asumsi APBN 2018 ditetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%, inflasi 3,5%, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 5,2%, nilai tukar rupiah Rp 13.400 per US$, harga minyak mentah Indonesia US$ 48 per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari (bph), dan lifting gas sebesar 1,2 juta barel per hari setara minyak.
"Kita juga lihat bahwa policy mix pemerintah fiskal moneter sektor riil sama-sama untuk jaga momentum ekonomi dan stabilitas harga terjaga," tukas dia. (dna/dna)











































