Benarkah Direksi Ratu Prabu Masih Ada Hubungan Saudara dengan Sandi?

Benarkah Direksi Ratu Prabu Masih Ada Hubungan Saudara dengan Sandi?

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 09 Jan 2018 08:13 WIB
Benarkah Direksi Ratu Prabu Masih Ada Hubungan Saudara dengan Sandi?
Foto: Luthfy Syahban/Infografis
Jakarta - PT Ratu Prabu tiba-tiba menjadi sorotan publik setelah dikabarkan ingin membangun Light Rail Transit (LRT) sepanjang 400 km dengan nilai investasi Rp 405 triliun.

Perusahaan ini mulai dibicarakan ketika Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengumumkan telah bertemu dengan Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras di Balai Kota.

[Gambas:Video 20detik]


Awalnya Sandi mengumumkan proyek LRT tambahan yang akan dibangun panjangnya sekitar 200 km dengan nilai investasi sekitar Rp 320 triliun. Namun ketika detikFinance bertemu dengan Bur Maras dia mengonfirmasi bahwa proyek LRT yang diajukan sepanjang 400 km dengan nilai Rp 405 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berita terkait LRT tambahan di Jabodetabek itu pun kembali menjadi magnet pembaca dihari kemarin. Berikut rangkuman berita seputar LRT Ratu Prabu kemarin:

Menurut keterbukaan informasi dari situs PT Bursa Efek Indonesia (BEI), ARTI terakhir kali menerbitkan laporan keuangan hingga kuartal III-2017.

Pada periode itu, ARTI mengantongi laba bersih sebesar Rp 2,23 miliar. Angka itu naik 44,05% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 1,55 miliar.

Namun pendapatan ARTI justru menurun dari Rp 169,19 miliar di kuartal III-2016 menjadi Rp 162,94 miliar. Meskipun beban pokok pendapatan juga turun dari Rp 89,8 miliar menjadi Rp 81,9 miliar.

Jumlah aset perseroan hingga akhir September 2017 hanya sebesar Rp 2,5 triliun, turun dari posisi aset di akhir 2016 sebesar Rp 2,61 triliun.

Sementara total modal atau ekuitas perseroan hanya sekitar Rp 1,7 triliun. Total liabilitas perseroan sebesar Rp 798,7 miliar, itu artinya rasio utang terhadap modalnya atau Debt to Equity Ratio (DER) ARTI 0,459 kali.

Menurut Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee, cukup sulit jika perseroan mengandalkan pinjaman perbankan untuk proyek tersebut. Sebab rata-rata perbankan nasional saja memberikan pinjaman untuk proyek sekitar 3 kali dari total ekuitas. Belum lagi perbankan akan melihat nilai keekonomian dari proyeknya.

Menurut Hans yang paling memungkinkan ARTI mencari strategic partner untuk menggarap proyek tersebut seperti membentuk perusahaan patungan. Dengan begitu akan keuangan perseroan tidak begitu terpengaruh.

Sementara Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memandang pelaku pasar masih belum menanggapi positif sentimen tersebut. Hal itu terbukti dari saham ARTI yang masih berada di level terendah Rp 50 alias gocap.

"Para pelaku pasar lebih mencermati kinerja fundamental perusahaan," tuturnya.

Salah satu yang biasa yang dicermati pelaku pasar adalah rasio harga saham terhadap pendapatan alias Price Earning Ratio (PER). Menurut perhitungan Nafan saham ARTI saat ini memiliki valuasi PER yang sangat tinggi yakni 129,31 kali, padahal harga sahamnya hanya Rp 50.


Emiten berkode ARTI ini sebenarnya bergerak investasi energi khususnya minyak dan gas (migas) dan real estate melalui anak usahanya PT Lekom Maras. Namun bisnis properti yang semakin dikembangkan itu ternyata juga pernah mengalami kendala.

Melansir dari situs resmi Pemkot Jakarta Selatan, proyek pembangunan hotel dan apartemen Ratu Prabu III di Jalan TB Simatupang, Kelurahan Cilandak Timur, Pasar Minggu pernah disegel Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Hal itu lantaran belum memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

Saat itu Pemkot Jakarta Selatan langsung menyegel lokasi pembangunan proyek tersebut. Ternyata selain tidak berizin, pembangunan lantai basement Ratu Prabu III mengambil tanah jalan seluas 1.008 meter persegi yang sudah dibebaskan dalam proyek Tol Depok-Antasari.

Namun proyek tersebut akhir kembali dilanjutkan. Proyek itu dibangun di atas lahan seluas 9.223 meter akan memiliki fasilitas 100 kamar hotel dan 61 unit apartemen.

Dari apartemen tersebut, perseroan menargetkan pangsa pasar kelas menengah ke atas, atau para pekerja di perusahaan besar di sekitar wilayah tersebut.

Banyak pihak menduga ada kedekatan antara keluarga Sandi dengan direksi Ratu Prabu. Mereka diduga ada hubungan saudara bahkan ipar. Namun ketika diklarifikasi Sandi membantahnya.

"Enggak ada sama sekali (hubungan saudara dengan direksi Ratu Prabu)," tegas Sandi.

Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras pun itu membantahnya. Dia menegaskan bahwa tidak ada satu pun dewan direksi yang berhubungan saudara dengan Sandi.

"Enggak ada hubungan saudara sama sekali. Semua direksi dan komisaris ga ada hubungan saudara," tegasnya.

Rencana pembangunan LRT 400 km itu, kata Bur Maras dilakukannya mutni untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Rencana ini pun sudah dipikirkannya sejak lama.

Dia juga menegaskan bahwa rencana tersebut juga bukan semata-mata untuk mendongrak saham ARTI yang saat ini berada di level Rp 50 per lembar saham.

"Enggak bukan itu, karena saya ini umur saya sudah 81 tahun tinggal beberapa tahun lagi. Saya ingin meninggalkan sesuatu untuk kalian lah anak cucuku," katanya.

Sejak pemberitaan tersebut mencuat, PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) belakangan ini ramai diberitakan. Manajemen ARTI pun mengeluarkan respon. Perseroan menegaskan bahwa yang akan menggarap proyek tersebut adalah sang induk yakni PT Ratu Prabu.

"PT Ratu Prabu Energi Tbk tidak memiliki kaitan dengan proyek LRT. Pengembangan proyek LRT akan dilakukan oleh PT Ratu Prabu selaku pemegang saham PT Ratu Prabu Energi Tbk," demikian kutipan keterangan tertulis perseroan.

Manajemen juga menegaskan bahwa tidak ada informasi penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

Ramainya perbincangan tentang proyek LRT Ratu Prabu sepanjang 400 km membuat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan angkat biacara. Dia mengaku tak masalah dengan rencana tersebut.

Luhut pun mengaku sudah sempat mendengar kabar tersebut. Menurutnya jika Ratu Prabu memang mampu menyiapkan dana sebesar itu tidak masalah.

"Saya enggak tahu, kalau itu memang ada dia bawa (dana) sebesar itu sah-sah aja," kata Luhut ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Senin 8, Januari 2018.

Hanya saja, kata Luhut sejauh ini Ratu Prabu belum menemuinya. Artinya belum ada pembicaraan apapun antara perusahaan dengan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman.

Sementara Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menanggapinya berbeda. Dia terkesan kaget dan belum mengetahui terkait rencana tersebut.

"Apalagi itu? Saya belum pernah dengar," tutur Darmin.

Hide Ads