Kakek berusia 61 tahun itu mengaku awalnya tidak tahu bahwa kursi lusuhnya itu sudah sampai di Korea. Dia baru tahu ketika banyak kerabat dan kenalannya yang menghubungi.
"Tiba-tiba banyak yang hubungi saya. Katanya mereka tahu dari instagram. Mereka heran kok bisa sampai Korea," ujarnya saat dihubungi detikFinance, Jumat (26/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika mendengar hal itu, Sunardi kaget dan langsung mengecek kebenarannya. Dia pun merasa bangga kursinya bisa sampai Korea.
"Saya bangga, koleksi kursi saya bisa sampai ke sana, keluarga juga bangga," imbuhnya.
Sunardi sendiri memiliki kursi tersebut sejak pertama kali bisnisnya berdiri pada 1995. Dia membeli kursi tersebut dari seorang pengusaha mebel asal Ponorogo yang bernama Abdullah sekitar 900 unit.
Dia mengaku membelinya di harga Rp 11.000 per unit. Lalu kursi tersebut dia cat dan dilabeli dengan nama usaha dagangnya.
Namun seiring berjalannya waktu, kursi tersebut kurang diminati. Demi mempertahankan usahanya, dia menggantinya menjadi kursi plastik yang dibalut kain.
Akhirnya Sunardi mulai menjual kursinya itu ke desa-desa di sekitarnya, sampai tersisa sekitar 500 unit. Namun kursinya tak lagi diminati.
Sampai akhirnya, pada 2015 Sunardi bertemu dengan kolektor asal Bali yang bernama Misni yang berani memborong semua kursinya itu. Namun dia hanya melepas 490 unit di harga Rp 35.000. Sisanya dia simpan di rumah sebagai kenangan.
Menurut Sunardi, si kolektor itulah yang menjualnya dan bisa sampai di Korea. Dia sendiri mengaku kaget kursinya bisa sampai Korea. (zlf/zlf)