Luhut Klaim Tol Laut Turunkan Harga Komoditas Pangan 20%

Luhut Klaim Tol Laut Turunkan Harga Komoditas Pangan 20%

Trio - detikFinance
Kamis, 01 Feb 2018 16:18 WIB
Foto: Pool/Kemenhub
Jakarta - Efektivitas program tol laut khusus ternak dipertanyakan. Pasalnya, harga daging sapi masih mahal, termasuk yang berasal dari sentra produksi menuju Jakarta. Harganya masih di kisaran Rp 120 ribu.

Ketika ditanya hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan mengatakan akan memastikan kembali soal efektivitas tol laut dalam menurunkan harga-harga komoditas yang dikirim menggunakan kapal tol laut, termasuk daging sapi.

"Iya kalau ada spesifik perubahan-perubahan begitu, nanti saya cek ya," kata Luhut ketika ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Kamis (1/2/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun secara umum, Luhut menyatakan kalau program tol laut sudah efektif memangkas harga-harga hingga lebih dari 20%

"(Hasilnya) bagus, cukup bagus. Cukup bagus, bisa sampai 20 persenan (turunkan harga)," tambahnya.

Pada 11 Desember 2015 lalu, Jokowi meluncurkan Kapal KM Camara Nusantara 1 sebagai kapal khusus ternak yang menghubungkan antar pulau (tol laut), dan bertujuan untuk menata ulang struktur pasar sapi nasional.

Kapal ini memiliki kapasitas angkut 500 ekor setiap pelayaran dan diharapkan mampu memperlancar angkutan ternak hidup dari wilayah sentra produksi di NTT untuk didistribusikan ke wilayah sentra konsumsi di DKI Jakarta.

Dengan begitu, harga daging segar di ibu kota bisa turun di bawah Rp 100.000. Target Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri harga daging bisa Rp 80.000

Pantauan detikFinance kemarin, daging sapi di pasar tradisional masih stagnan di harga tinggi yaitu Rp 120.000. Direktur Utama PD Dharma Jaya yang merupakan salah satu Rumah Potong Hewan (RPH) Marina Ratna Dwi Kusumajati menjelaskan, kondisi ini terjadi karena suplai sapi hidup di Indonesia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

"Jumlahnya belum mencukupi. Produksi NTT nya masih kecil. Bukan hanya di NTT di seluruh Indonesia makanya impornya banyak," kata dia kepada detikFinance, Selasa (30/1/2018). (zlf/zlf)

Hide Ads