Dia menyebutkan penerimaan negara mencapai Rp 101,4 triliun atau 5,3% dari target penerimaan yang sebesar Rp 1.894,7 triliun. Sedangkan belanja negara mencapai Rp 138,4 triliun atau 6,2% dari total belanja yang nilainya Rp 2.220,7 triliun.
"Realisasi APBN kita sampai 31 Januari 2018, pendapatan negara mencapai Rp 101,4 triliun atau 5,3% dari total pendapatan negara, belanja negara telah terbelanjakan Rp 138,4 triliun atau 6,2% dari total belanja yang Rp 2.220,7 triliun," papar Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (20/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini berarti lebih baik, begitu juga dengan defisit anggaran jauh lebih kecil hanya 0,25% to GDP, dibanding tahun lalu yang Rp 44,9 triliun," terang Sri Mulyani.
Sementara untuk asumsi makro, Sri Mulyani menyebutkan realisasinya masih baik, seperti inflasi, tingkat bunga SPN 3 bulan dan juga nilai tukar.
Dia merinci, tingkat inflasi realisasinya 3,25% dari asumsi 3,5%, tingkat bunga SPN 3 bulan 3,95% dari asumsi 5,2%, nilai tukar Rp 13.380/US$ dari asumsi Rp 13.400/US$, untuk harga minyak dunia mengalami kenaikan menjadi US$ 65,6 per barel dari asumsi US$ 48 per barel.
Untuk pertumbuhan ekonomi dan realisasi lifting minyak dan gas, Sri Mulyani mengaku belum mendapat disampaikan karena BPS dan Kementerian ESDM belum melaporkan.
"Sampai Januari, kita melakukan realisasi pembiayaan Rp 21,8 triliun netto. Ini merupakan summary sampai dengan 31 Januari," tutur Sri Mulyani. (hns/hns)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 