Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Selasa (20/2/2018), utang tersebut berasal dari pinjaman sebesar Rp 752,38 triliun dan Surat Berharga Negara (SBN) Rp 3.206,28 triliun.
Lebih rinci dari sisi pinjaman, pinjaman luar negeri totalnya Rp 746,64 triliun. Pinjaman luar negeri tersebut terdiri dari pinjaman bilateral Rp 318,81 triliun, multilateral Rp 384,07 triliun, komersial Rp 42,59 triliun, dan suppliers Rp 1,17 triliun. Sementara, pinjaman dalam negeri sebesar Rp 5,74 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang tercatat Rp 13.588,80 triliun membuat rasio utang terhadap PDB saat ini mencapai 29,1%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah sudah menarik pinjaman sebesar Rp 21,4 triliun pada Januari 2018.
"Untuk defisit realisasi pembiayaan, sampai dengan Januari kita sudah realisasi untuk pembiayaan utang adalah Rp 21,4 triliun," kata dia.
Pinjaman tersebut terdiri dari penerbitan SBN neto sebesar Rp 15,5 triliun atau 3,74 persen dari yang ditargetkan dalam APBN. Kemudian, berasal dari penarikan pinjaman neto sebesar Rp 5,9 triliun.
Meski begitu, Sri Mulyani menuturkan, jumlah pinjaman tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Januari 2017, realisasi pembiayaan utang Rp 82,1 triliun.
"Bandingkan dengan realisasi tanggal 31 Januari 2017, pembiyaan utang mencapai Rp 82,1 triliun," ujar dia.
(eds/eds)