Bali Bakal Punya Bandara Baru di Atas Laut

Bali Bakal Punya Bandara Baru di Atas Laut

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Jumat, 23 Feb 2018 10:23 WIB
Bali Bakal Punya Bandara Baru di Atas Laut
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta - Rencana pembangunan Bandara Bali Utara telah dimulai sejak tahun 2009. Namun hingga saat ini Bandara kedua di Bali tersebut tak kunjung dimulai realisasi pembangunannya seiring dengan kendala pada lahan.

Saat ini rencana tersebut tampak segera terealisasi menunggu izin penetapan lokasi. Namun, setelah direncanakan akan di bangun di 19 kilometer bagian timur di wilayah Ibu Kota Buleleng, Singaraja Bali, bandara baru Bali tersebut berubah lokasi menjadi akan dibangun di lepas pantai kawasan Bali Utara.

Presiden Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti I Made Mangku menjelaskan, pihaknya kesulitan menemukan solusi untuk penggunaan lahan di darat. Maka dari itu, dengan berbagai pertimbangan serta riset, pihaknya akan membangun Bandara Bali Utara di lepas pantai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin nggak airport itu dibangun di darat, seperti apa yang kami kaji beberapa yang di darat itu, kecil sekali kemungkinan 600 hektar saja. Jadi konsepnya kita akan membangun di lepas pantai," katanya dalam pemaparan rencana Pembangunan BIBU, di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (22/2/2018).

Berikut perkembangan terkini realisasi pembangunan bandara kedua di Bali setelah I Gusti Ngurah Rai tersebut!
Karena keterbatasan lahan, rencana pembangunan Bandara Internasional di utara Bali akan dibangun di lepas pantai alias di atas laut. Lalu di mana lokasinya?

Presiden Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti menjelaskan rencanannya lokasi proyek yang tadinya akan ada di 19 kilometer ke arah timur di wilayah Ibu Kota Buleleng Singaraja, Bali Utara ini akan pindah ke lepas pantai karena adanya keterbatasan lahan. Rencanannya bandara ini akan dibangun di lepas pantai di kawasan Bali Utara.

"Mungkin nggak airport itu dibangun di darat, seperti apa yang kami kaji beberapa yang di darat itu kecil sekali kemungkinan 600 hektar saja. (Karena) ada 33 pure yang 21 situs, jalan raya pemukiman dan sawah (digeser) untuk itu di BIBU kecil kemungkinan (dibangun di darat). Jadi konsepnya kita akan membangun di lepas pantai," katanya dalam pemaparan rencana Pembangunan BIBU, di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (22/2/2018).

Perusahaan asing asal Kanada menjadi investor utama dari pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU). KINESIS Capital and Investment yang juga menjadi airport konsultan asal Kanada ini akan menginvestasikan dana US$ 2 miliar atau sekitar Rp 27 triliun pada perusahaan lokal yang akan membangun BIBU, yaitu PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti.

Chief Technical Officer Airport KINESIS Consulting Shad Serroune menjelaskan, dana tersebut merupakan dana keseluruhan dari pembangunan bandara yang akan dibangun di atas laut tersebut.

"Itu merupakan semua dana yang langsung dikeluarkan untuk kebutuhan bandara secara keseluruhan," kata dia dalam Paparan Rencana Pembangunan BIBU, di Hotel Borobudur, Kamis (22/2/2018).

Projek Strategic Advisor PT BIBU Freddy Numberi menjelaskan, pembangunan bandara ini penting karena Bandara Ngurah Rai sudah begitu padat.

"Sangat penting, Ngurah Rai itu sudah overload. Waktu ada konferesi di Bali itu penerbangan ke Bali dialihkan ke Surabaya, Yogyakarta dengan pembangunan Bali Utara akan lebih efektif. Ini juga akan memberikan nilai ekonomi untuk masyarakat Bali," katanya.

Freddy menjelaskan, pembangunan bandara di lepas pantai juga sudah diaplikasikan di beberapa negara besar seperti Macau. Meski biaya pembangunan di atas laut lebih mahal, namun hal tersebut lebih efektif, karena tidak melibatkan pembebasan lahan.

Pasalnya dengan pembangunan bandara di darat, pihaknya banyak menemukan kendala seperti harus memindahkan 33 pure yang 21 situs, dan harus memindahkan jalan raya, pemukiman dan sampai sawah potensial di Bali.

"Jadi kalau dalam tiga tahun kita bisa bangun bandara di atas laut dan selesai tapi kalau di darat itu halangannya banyak sekali, dan kita tidak bisa memindahkan pure (pura) karena menurut masyarakat bali itu tidak boleh," katanya.

Freddy sendiri heran, dengan ada investasi yang tersedia, kenapa izin untuk penetapan lokasi saja harus menunggu lama.

"Kok di negara lain bisa cepat. Kita nggak. Bangsa ini harus belajar untuk saling mendukung demi ekonomi Indonesia itu sendiri," paparnya.

Project Strategic Advisor PT BIBU Freddy Numberi menjelaskan, bandara baru Bali nanti akan mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan di Bali utara, serta memperluas akses penerbangan.

Lokasi yang dipilih yaitu kawasan pantai Kutambahan, dengan rencana pembangunan bandara seluas 1.060 hektar, dengan panjang landasan 4.100 meter dan fasilitas tambahan yaitu 30 gedung serta terminal seluas 230.000 meter. Kawasan Bali Utara akan dijadikan pusat ekonomi bali dengan konsep aerocity.

Dalam hal ini, pembagian profit nantinya PT BIBU akan mendapatkan keuntungan sekitar 51% dan 49% untuk KINESIS Capital and Investment.

Secara umum Pulau Bali terbagi menjadi dua wilayah, yaitu selatan dan utara. Untuk wilayah Bali Selatan yang sudah diakomodasi oleh Bandara Internasional Ngurah Rai yang sudah begitu padat, maka dari itu PT BIBU akan membuat bandara di kawasan Bali Utara untuk memfasilitasi wilayah parwisata di Bali Utara.

Presiden Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti I Made mengatakan, saat ini pihaknya tengah menunggu proses izin penetapan lokasi dari Kementerian Perhubungan terkait rencana pembangunan Bandara Bali Utara di kawasan pantai Kutambahan, Bali Utara.

Bila izin tersebut sudah didapat, maka proses pembangunan pun akan segera dilakukan dan ditargetkan bisa selesai dalam tiga tahun.

"Ini sangat sulit untuk direalisasikan di darat. Kalau mahal kan lebih mahal di laut karena kita membuat lahan baru. Tetapi karena kalau dilihat lagi ke prosesnya, misalkan kita lihat satu contoh kalau kita buat (di atas laut) bisa langsung karena kita buat lahan. Kalau di darat belum tentu bisa (bangun), kita bebaskan 10 tahun seluruh tanah beres 1000 hektar kan," paparnya, di Paparan Rencana Pembangunan BIBU, Kamis (22/2/2018)

"Kita membutuhkan (pembangunan) selama sekitar 3 tahun, kemudian agenda kedua penyiapan (membangun) lahan kita menyiapkan lahan dulu baru kita meminta izin untuk membangun," jelasnya.

Operasional Director PT BIBU Tulus Pranowo menjelaskan, proses pembangunan akan ditargetkan tiga tahun dan paling lambat lima tahun.

"Proses pembangunannya 2-3 tahun, sejak izin dikeluarkan kalau penlok ini akan keluar 2018 ini, maka akan diikuti lagi mengenai detail desain dan izin membangun itu 2-3 tahun harus sudah selesai. Kalau kelamaan nanti bakal repot," katanya.

Operasional Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti Tulus Pranowo menjelaskan, jika Bandara Bali Utara sudah dibangun, setidaknya kawasan Bandara yang akan menjadi aerocity akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru.

"Bandara baru di Bali Utara akan menciptakan 1.300 bisnis baru di Bali dan akan ada 240.000 lapangan pekerjaan untuk masyarakat disana," katanya dalam acara Paparan Rencana Pembangunan Bandara Internasional Bali Utara di Hotel Borobudur, Jakarta (22/2/2018).

Bandara Bali utara nantinya akan mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan di Bali utara, serta memperluas akses penerbangan. Lokasi yang dipilih yaitu kawasan pantai Kutambahan, dengan rencana pembangunan bandara seluas 1.060 hektar, dengan panjang landasan 4.100 meter dan fasilitas tambahan, yaitu 30 gedung serta terminal seluas 230.000 meter.

Selain itu, dengan berkembangnya bisnis baru, dan lapangan pekerjaan yang semakin terbuka, diprediksi pembangunan ekonomi di Bali akan meningkat 2,2%.

"Dengan dibangunanya bandara baru, bandara udara yang mengelola kargo akan ada (bertambah), cleaning service, rumah sekitar bisa menjadi kosan, tenaga kerja di bidang transportasi udara seperti pramugari, pilot yang bisa terbang bertambah, hotel, restoran, transportasi itu banyak sekali sehingga dengan membangun bandar udara, potensi ekonomi di Bali akan meningkat sebayak 2,2%," katanya.

Pembangunan Bandara Bali Utara memang masih belum dimulai. Bahkan untuk izin penetapan lokasi dari pemerintah pusat saja belum didapat.

Namun, beberapa maskapai sudah berminat untuk ikut serta dalam meramaikan penerbangan di bandara baru itu.

Presiden Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti I Made Mangku menjelaskan, hingga saat ini, sudah ada beberapa maskapai penerbangan yang tertarik dan bahkan sudah memberikan surat untuk ikut bergabung jika Bandara Bali Utara sudah terbangun sempurna.

"Beberapa sudah mengajukan surat dan ada juga yang tertarik, seperti Lion Air, Sriwijaya Air, NAM Air," kata dia usai memaparkan rencana Pembangunan Bandara Bali Utara, di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (22/2/2018).

Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU) Panji Sakti Tulus Pranowo menjelaskan, nantinya Bandara Bali Utara akan bisa menampung berbagai jenis pesawat, termasuk jenis Airbus A380 dengan kapasitas 555 kursi.

"Sebetulnya kalau tanya maskapai maaf, di Kertajati saja baru mulai minat, pada satnya kalau mereka melihat terminal yang sudah bagus mereka akan buka. Saya yakin di Bali potensinya masih tinggi dan banyak orang yang berminat akan di sana. Kapasitas kapal kita bisa tampung sampai yang airbus 380," katanya.

Hide Ads