Sepanjang 2017 GMFI juga mengantongi laba bersih US$ 50,9 juta atau sekitar Rp 692,24 miliar. Angka itu turun dari laba bersih GMFI di 2016 sebesar US$ 57,7 juta.
Namun Direktur Utama GMFI Iwan Joeniarto menjelaskan laba bersih di 2016 dengan Extra Ordinary Transaction yaitu Employee Benefit Obligation (EBO). Sedangkan tanpa EBO, GMF di 2016 memperoleh keuntungan sebesar US$ 44,2 Juta. Sehingga menurutnya laba bersih GMF tahun 2017 meningkat 15,3%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan porsi pendapatan terbesar di 2017 datang dari lini bisnis perawatan komponen pesawat sebesar 31% diikuti base maintenance sebesar 22%, line maintenance 21% dan engine maintenance 19%.
"Di samping itu pertumbuhan kinerja Perusahaan juga didukung oleh program efisiensi yang terus berlanjut dan telah diterapkan oleh perusahaan dari tahun ke tahun," tambahnya.
Sementara total aset perseroan naik 22% dari posisi akhir 2016 US$ 442,6 juta menjadi US$ 539,2 juta pada akhir 2017. Kenaikan aset tersebut dipengaruhi oleh aksi korporasi pelepasan saham di bursa efek di d2017 dan berhasil menghimpun dana sebesar Rp 1,129 triliun.
Hal itu juga berpengaruh terhadap peningkatan ekuitas perusahaan sebesar 77%. Sementara itu dari sisi arus kas tahun 2017 juga mengalami peningkatan sebesar 38% dibandingkan tahun 2016.
Di tahun ini, GMFI menargetkan pertumbuhan investasi hampir 400% dari realisasi investasi di tahun 2017. Target investasi di atas US$ 100 juta akan digunakan untuk sejumlah program ekspansi organik maupun anorganik yang utamanya berfokus pada ekspansi bisnis dengan menambah international footprint GMF, serta beberapa strategic initiatives dalam rangka peningkatan kapasitas dan kapabilitas perusahaan.
Dari sisi pendapatan tahun 2018, GMF menargetkan mampu tumbuh di atas 15% dibandingkan capaian pendapatan di 2017. Dengan target tersebut, perusahaan optimis pertumbuhan laba bersih di 2018 meningkat lebih dari 10% sehingga bisa kembali mencapai angka double digit. (ara/ara)











































