Angka tersebut masih dikatagorikan rendah jika dibandingkan negara lain yang memiliki laut lebih kecil dibandingkan Indonesia seperti, Jepang, Korea Selatan maupun Vietnam yang memiliki kontribuasi sektor kelautan antara 48% sd 57% terhadap GDP.
"Dibandingkan Negara lain yang memiliki laut lebih kecil dibandingkan Indonesia seperti, Jepang, Korea Selatan maupun Vietnam yang memiliki kontribuasi sektor kelautan antara 48% sd 57% terhadap PDB," kata Ketua Pengurus Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Dwi Soedjipto di Sari Pan Pacific, Jakarta, Jumat (2/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, dengan wilayah laut yang jauh lebih luas ketimbang Vietnam, harusnya kontribusi sektor maritim atau kelautan terhadap PDB bisa ditingkatkan menjadi 70%.
Menurut dia, masih rendahnya kontribusi sektor maritim disebabkan oleh masih rendahnya konektivitas antar pulau. Akibatnya komoditas perikanan yang melimpah di Indonesia timur belum bisa optimal dimanfaatkan dan didistribusikan ke bagian barat Indonesia.
Terlebih, belum adanya satu pusat pengolahan ikan terintegrasi yang memadai, membuat komoditas perikanan RI masih dianggap sebagai barang mentah bernilai rendah. Padahal dengan sedikit sentuhan saja, produk perikanan Indonesia bisa naik kelas di pasar internasional.
kendala-kendala itu lah yang hari ini dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Hotel Sari Pan, Jakarta.
"Kegiatan FGD ini adalah yang ketiga kali dilaksanakan dengan fokus bahasan mengurai persoalan mengenai konektivitas, rantai pasok dan daya saing untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia," tandas dia. (dna/dna)