Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga sempat menyentuh Rp 13.800 itu masih dalam tahap wajar. Pasalnya, pelemahan nilai tukar itu tak hanya dialami rupiah, tapi juga mata uang lainnya.
"Ya memang indeks mata uang lain di dunia kan juga sama melemahnya ya, jadi menurut saya memang wajar-wajar saja, semuanya juga melemah kok," kata David kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (2/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
David mengatakan yang mengkhawatirkan justru ramainya pemberitaan di media hingga menimbulkan sentimen terhadap pasar. Dia bilang, dengan banyaknya pemberitaan media yang menyebut dolar AS hampir menyentuh Rp 14 ribu, jadi dimanfaatkan oleh beberapa pihak.
"Kalau misalnya ada beberapa orang yang tendensius, itu kan di beberapa money changer biasanya kan lebih mahal 200-300 poin dibandingkan market. Di beberapa money changer itu memang saya lihat sudah dia jual dolar Rp 14.000. Padahal kenyataannya kan belum ya," kata David.
Lebih lanjut David mengatakan menguatnya nilai tukar dolar AS ini dikarenakan adanya sentimen dari kenaikan suku bunga bank central AS, The Fed atau yang biasa disebut Fed Fund Rate sebanyak 3 kali tahun ini.
Baca juga: Dolar AS 'Perkasa' di Asia |
"Artinya sekarang kita simpan dolar itu lebih menarik karena kalau selama ini simpan dolar kan bunganya kecil, tapi saat dolar mau naikkan suku bunga akan jadi lebih menarik, bunganya lumayan," kata dia.
"Kemudian trigger keduanya adalah perekonomian Amerika itu sekarang membaik, itu yang menjadi trigger juga," tutupnya. (fdl/zul)