Pengamat Ekonomi dari Institute Development for Economics and Finance (Indef) Eko Listianto menilai Indonesia sekiranya patut mewaspadai jika kondisi tersebut terjadi dalam rentang yang cukup lama.
"Kalau terus-terusan sebulan nggak turun itu pasti akan mengganggu kinerja ekonomi," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Senin (12/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai, jika Rupiah nantinya tertahan di Rp 13.800 terhadap dolar AS maka akan mengoreksi perekenomian karena asumsinya pada 2018 ini Rupiah ada di kisaran Rp 13.400 hingga Rp 13.500. Jika dia naik terlalu tinggi maka ekonomi yang disusun, rencana kerja yang sudah disusun, baik oleh swasta maupun pemerintah, akan terkoreksi.
"Sehingga importir akan mengkalkulasi ulang bisnisnya dia, karena harga impornya menjadi lebih mahal dengan penurunan Rupiah saat ini," jelasnya.
Dalam hal ini, dia mengatakan butuh intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
"BI harus mengintervensi supaya nggak sampai ke Rp 13.800 ya, walaupun susah untuk sampai Rp 13.800," lanjutnya.
Baca juga: Dolar AS Masih di Kisaran Rp 13.770 |
"Tapi kalau hanya misalkan beberapa hari satu-dua hari naik, katakanlah mungkin Rp 14.000, turun lagi itu masih oke, tidak menciptakan persepsi atau memperlemah optimisme ekonomi. Itu ada dampaknya tapi terbatas," terangnya. (dna/dna)