Dia mengatakan mengapa pihaknya minim melibatkan kontraktor swasta karena proyek yang mereka kerjakan merupakan suatu penugasan dari pemerintah lewat Kementerian BUMN, yang mana dari segi kelayakan (feasible) tidak begitu memungkinkan untuk tujuan komersial.
"Hutama Karya ini saat ini ada penugasan, tetapi yang ditugaskan adalah proyek infrastruktur yang tidak feasible secara komersial, tapi secara ekonomi," katanya dalam diskusi bersama pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (14/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu juga tidak tahu, waktunya sudah dibayar, uangnya dari mana," ujarnya.
Dia mencontohkan, misalnya untuk proyek tol Trans Sumatera dan Bendungan Way Apu di Maluku akan rumit jika melibatkan swasta. "Masalah tanah, baik BUJT (badan usaha jalan tol) maupun kontraktor itu harus memberikan dana talang. Libatkan swasta ini juga sungkan," jelasnya.
"Kita dengan BUMN itu juga ada penugasan. Dengan Waskita Karya di Way Apu. Itu baru dibayar tahun depan. Belum juga untuk pembebasan tanah, diputuskan, tapi dana pemerintah belum ada. Belum matangnya dana, kita mau ajak swasta pun jadi mikir," tambahnya.