Namun pagi itu, hawa hangat terasa nikmat karena tercium bau harum dari dapur apartemen. Bau bawang putih bercampur dengan garam dan aroma daging sapi. Benar-benar menghangatkan suasana pagi.
"Ini karena ada anak-anak, makanya saya memasak. Kalau tidak ada anak-anak ya tidak memasak," kata Susi di Boston, Mashachuset, AS, Senin (11/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu, waktu Nadine masih kecil, masih 8 tahun, dia bilang. Saya ingin melihat mama seperti mama-mama yang normal. Yang mengantarkan anak ke sekolah, memasak, dan belanja di pasar," imbuh Susi.
Maklum jika Nadine mempunyai gambaran ibu ideal seperti itu. Sebab, dari dulu sampai sekarang, Susi sangat sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan untuk ke pasar saja bisa dibilang setahun satu kali.
"Kalau ke pasar ya bukannya belanja. Ibu-ibu pasar malah heboh," tukas Susi.
Karenanya, pagi ini sangat spesial untuk Alvi dan Nadine. Juga untuk para tamunya, 4 jurnalis dari Jakarta yang tengah meliput kunjungan kerja Menteri Susi.
Kami duduk mengelilingi meja bergaya skandinavian, menunggu steak dan fettucini yang diolah Susi di dapur. Akan tetapi rasa penasaran kami lebih besar untuk melihat langsung Susi memasak sehingga ramai-ramai ke dapur.
Baca juga: Ketika Menteri Susi Pidato di Kampus Harvard |
Susi terlihat cekatan memasak daging, membolak-balik dan membumbui dengan bawang putih dan garam. Di sebelahnya, air panas sudah siap untuk merebus pasta dan menjadi fettucini yang nikmat.
"Ini bumbunya cuma garam sama bawang. Kalau dagingnya, ini dipilih bagian pinggul sapi. Ini bagian paling enak dan sering disembunyikan oleh si pemotong," kata Susi sambil terus memasak steak hingga porsi yang tepat.
Tak sampai setengah jam, dua masakan utama itu beralih ke atas meja. Susi kembali giat menyajikan hasil masakannya ke piring kami masing-masing, termasuk untuk Alvi dan Nadine.
Rasanya bagaimana? Empuk daging sapi bercampur dengan rasa bawang dalam porsi yang tepat. Bagian luar tidak terlampau matang sehingga tidak keras. Bagian dalam lebih ke setengah matang namun tidak menyisakan daging mentah.
"Ini bagian dalamnya masih merah tua tapi belum sampai matang. Ini yang enak," papar Susi mempresentasikan pekerjaanya.
![]() |
Sementara untuk fettucini, tidak banyak berbeda. Masih tertakar dan enak. Sangat spesial mengingat ia selalu disibukan dengan pekerjaannya tetapi tidak lupa pada ilmu memasaknya. Susi benar-benar sukses membuat kami tidak beranjak sampai potongan terakhir.
"Saya sudah ditawari buka restoran di lantai 32 Gedung BNI 46 (Jakarta-red). Ya nantilah," kata perempuan asal Pangandaran ini.
Penasaran dengan steak buatan Chef Susi, eh....maksudnya Menteri Susi? Tunggu sampai dia benar-benar buka restoran sendiri ya..