Namun, di tengah upaya percepatan yang dilakukan di lapangan, target tinggi tersebut ternyata tak serta merta mudah diraih. Dari target 380 km jalan tol baru yang dioperasikan pada tahun lalu, hanya 158 km atau 42% yang bisa terealisasi.
Sisa jalan tol sepanjang 222 km lagi yang gagal beroperasi di 2017 pun harus mundur ke tahun 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa saja ruas-ruas tersebut? Kenapa jumlah yang molor bisa lebih dari setengah yang ditetapkan dalam target? Apakah target 1.852 km masih bisa tercapai di 2019? Simak ulasannya:
Daftar Tol Molor
Ilustrasi proyek jalan tol. Foto: Ragil Ajiyanto
|
Sejumlah ruas tol yang masih belum beroperasi tersebut di antaranya tol Cinere-Jagorawi seksi 2 Raya Bogor-Kukusan 5,5 km yang seharusnya di Oktober 2017, kemudian tol Ciawi-Sukabumi seksi 1 Ciawi-Cigombong segmen Ciawi-Caringin 7,3 km juga seharusnya November 2017.
Lalu yang seharusnya di Desember 2017 di antaranya Solo Ngawi 87,9 km, Ngawi-Kertosono IC Ngawi-Wilangan 51,51 km, Depok-Antasari seksi 1 Antasari-Brigif 6,8 km, Pejagan-Pemalang seksi 3 dan 4 Brebes Timur-Pemalang 37,3 km, dan tol Batang-Semarang seksi I Batang-Batang Timur 3,2 km.
BPJT telah kembali merevisi target jadwal pengoperasian tol-tol yang molor tersebut. Namun ruas-ruas tersebut juga sampai saat ini masih belum kunjung beroperasi.
Seperti ruas Ngawi-Kertosono (Ngawi-Wilangan 49 km) yang dijadwalkan beroperasi Januari 2018 namun baru pada medio Maret ini selesai diuji coba fungsi dan kelaikan operasinya. Kemudian ruas tol Solo-Ngawi sepanjang 90 km yang seharusnya beroperasi di Februari, namun hingga saat ini juga belum diresmikan.
Ruas lainnya yang tengah dinanti pengoperasiannya sesuai target jadwal yang direvisi adalah Pejagan-Pemalang seksi III dan IV (Brebes Timur-Pemalang 37,3 km), Depok-Antasari seksi I (Antasari-Brigif 6,8 km), Cinere-Jagorawi seksi II (Raya Bogor-Kukusan 5,5 km) dan Ciawi-Sukabumi seksi I (Ciawi-Cigombong segmen Ciawi-Caringin 7,3 km). Seluruh tol tersebut ditarget beroperasi pada Maret dan April tahun ini.
Tol Pejagan-Pemalang sendiri diproyeksi sudah beroperasi pada mudik Lebaran tahun ini yang akan berlangsung Juni. Begitu pula untuk ruas Solo-Ngawi dan Ngawi-Wilangan.
Sementara seksi 1 Batang-Batang Timur masih masih harus dilalui secara fungsional pada mudik nanti. Sedangkan ruas-ruas tol lainnya yang ada di Jabodetabek seperti Depok-Antasari, Cinere-Jagorawi dan Ciawi-Sukabumi diproyeksi beroperasi pada April mendatang.
Alasan Molor
Ilustrasi proyek jalan tol. Foto: Ragil Ajiyanto
|
"Memang karena kita sambil bekerja tadi kan ada tanahnya ada yang masih terkendala. Nah yang begitu-begitu itu kan tergantung pihak lain. Akhirnya yang kita harapkan tanggalnya sudah bebas ternyata masih belum. Jadi kompleksnya di sana. Tapi kalau untuk tanahnya yang sudah bebas, schedule-nya bisa dijaga," kata Herry.
Dia mencontohkan tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Wilangan yang sejatinya beroperasi di Oktober-Desember 2017 namun hingga saat ini tak kunjung beroperasi karena ada kendala pembebasan lahan di lokasi pembangunan simpang susunnya. Belum terbangunnya simpang susun tersebut membuat operasi tol sulit dilakukan.
"Misalnya main road-nya secara umum selesai, tapi penyeberangannya masih belum. Itu mengganggu yang demikian," tambahnya.
Herry sendiri meyakini target awal pemerintah mengoperasikan 1.000 km jalan tol sampai 2019 bakal tercapai. Namun mengenai target 1.852 km, hal itu masih melihat beberapa catatan seperti pembebasan lahan yang lancar.
"Kendala utamanya memang di tanah sehingga kerja fisiknya nggak maksimal. Tapi yang tertunda kemarin (tahun 2017) akan selesai semua. Target tahun ini juga diharapkan nambah," pungkasnya.
Tahun Ini Tambah 615 Km Lagi
Ilustrasi proyek jalan tol. Foto: Ragil Ajiyanto
|
Jalan tol yang akan beroperasi tahun ini akan didominasi oleh tol-tol Trans Jawa yang juga ditargetkan rampung pada akhir tahun ini.
Jika terealisasi, capaian tersebut terbilang cukup fantastis jika dibandingkan era-era sebelumnya. Di era Presiden Soeharto, pada rentang jabatan tahun 1968 hingga Mei 1998, total jalan tol yang beroperasi mencapai 490 km. Kemudian pada era Presiden Habibie selama Mei 1998 hingga Oktober 1999 ada 7,2 km jalan tol yang beroperasi.
Di era Presiden Abdurrahman Wahid, ada 5,5 km jalan tol yang beroperasi, dan 34 km tambahan tol di zaman Megawati Soekarno Putri. Sementara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), panjang jalan tol yang terealisasi selama dua periode jabatan adalah 212 km.
Syarat dan Ketentuan Berlaku
Ilustrasi proyek jalan tol. Foto: Agung Pambudhy
|
"Proses di proyek itu kan memang ada waktunya. Targetnya kan 1.060 km di 2019, lalu dari potensi yang ada, ini kelihatannya bisa ditingkatkan ke 1.852 km. Tapi ada catatannya. Banyak sebenarnya catatannya yang harus dijaga," katanya.
Catatan yang dimaksud di antaranya adalah persoalan pembebasan lahan yang selama ini menghambat pekerjaan fisik di lapangan. Meski tak menyebut secara rinci catatan lainnya yang mendukung pencapaian target tersebut, dia bilang soal pembebasan lahan adalah catatan utama.
"Ini kita maintain yang target 2019, misalnya Trans Jawa. Tapi memang utamanya kendala di tanah sehingga kerja fisiknya nggak maksimal," katanya.
Adapun rincian panjang 348 km jalan tol yang sudah beroperasi tersebut terdiri dari 132 km di tahun 2015, 44 km di tahun 2016 dan 156 km di tahun 2017.
Sepanjang tahun lalu, tercatat pemerintah baru mengoperasikan 332 kilometer dari target yang dicanangkan pada 2017 sepanjang 568 kilometer. Saat ini pemerintah tengah menyelesaikan sisa konstruksi 222 km tol yang belum beroperasi di 2017, ditambah lagi target pengoperasian 615 km tahun ini.
Halaman 2 dari 5