Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati mengatakan bahwa efektivitas utang Indonesia harus dibandingkan dengan negara lain, mislanya Korea Selatan. Negara tersebut berhasil mendongkrak ekonominya dengan memanfaatkan utang.
"Bedanya Korea dapat bantuan efektif untuk pembangunan infrastruktur produktif sampai menjadi negara industri. Indonesia sampai hari ini ekonomi kita masih sangat tergantung kepada komoditas," kata Enny dalam diskusi ILUNI UI di Gedung Rektorat UI Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (3/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pengelolaan utang dinilai lebih baik di saat Orde Baru karena hanya untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
"Cuma karena kita dulu terikat utang tersebut benar-benar dikendalikan," kata Enny.
Ia juga menilai porsi utang tidak diukur dari aset yang ada, melainkan dari produktivitas ekonomi nasional.
"Diukur bukan dari aset tapi apakah pembangunan dari utang menimbulkan tambahan produktivitas atau tidak," tutur Enny.
Mengenai pembiayaan dari utang untuk pembangunan infrastruktur juga tidak terlihat, pasalnya para kontraktor yang merupakan BUMN karya mencari pendanaan sendiri melalui pinjaman perbankan hingga menerbitkan obligasi.
"Sebenarnya bahwa infrastruktur banyak dibangun iya, tapi apakah dananya dari APBN? BUMN utang dengan bunga komersial di atas 6%. Tol nggak laku karena biaya mahal tol jadi mahal apa memungkinkan menurunkan biaya logistik," kata Enny. (ara/zlf)