Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara menjelaskan, sejak awal tahun ini BI melakukan pendalaman pasar keuangan untuk mengantisipasi gejolak nilai tukar yang terjadi.
"Kami kan proyeksi mereka (The Fed) akan menaikkan suku bunga pada Februari dan Maret nah karena itu negara emerging market nilai tukarnya ada volatilitas," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Jumat (6/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia hal itulah yang menyebabkan BI untuk hadir di pasar untuk menstabilkan nilai tukar. "Jadi waktu Februari, cadangan devisa terpakai sedikit, Maret terpakai juga. Nanti ada pengumumannya," ujar dia.
Mirza menjelaskan, sebelum pengumuman rencana kenaikan suku bunga tersebut cukup mengganggu kondisi pasar keuangan. Sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun naik.
"Sebelum pengumuman ada fluktuasi memang, tapi setelah pengumuman lebih stabil dan di Minggu pertama April ini BI sudah tidak masuk pasar untuk stabilisasi," ujar dia.
Dari data BI cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2018 tercatat US$ 128,06 miliar, lebih rendah dibanding posisi akhir Januari 2018 US$ 131,98 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. (dna/dna)