Kondisi yang padat membuat penumpang mencari posisi yang memudahkan mereka masuk kereta, termasuk berdiri di bibir peron. Sehingga, yang terlihat deretan penumpang memanjang memenuhi bibir peron.
Dengan berdiri di bibir peron penumpang langsung bisa cepat masuk ke kereta. Hal itu membuat penumpang bisa dengan cepat pergi ke tempat tujuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Curhatan Penumpang
Kondisi di Stasiun Duri. Foto: Achmad Dwi Afriyadi
|
Wati, anggota Komunitas KRL Tangerang-Duri menceritakan, padatnya Stasiun Duri disebabkan oleh pengurangan frekuensi. Mulanya, kereta berangkat 20 menit sekali sekarang menjadi 30 menit sekali. Pengurangan frekuensi ini karena adanya Kereta Bandara.
"Jadi awalnya 6.20 WIB kemudian 6.40 WIB, jam 7.00 WIB. Saat ini diganti 30 menit, itu kan penumpukan di mana-mana banyak yang nggak terangkut," kata dia kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (11/4/2018).
Terkait kondisi tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah meminta adanya penambahan kereta hingga pemanfaatan Kereta Bandara untuk menampung penumpang.
Wati menerangkan, penambahan kereta pun dilakukan pada pukul 7.15 WIB. Sehingga, jadwal keberangkatan kereta saat ini menjadi 6.30 WIB, 7.00 WIB, dan selanjutnya 7.15 WIB.
Tapi, dia bilang, tambahan itu belum memberi dampak lantaran keberangkatan kereta selanjutnya mengalami keterlambatan yang artinya penumpang harus menunggu lebih lama dan memicu kepadatan.
"Antara 7.00 WIB-7.15 WIB itu ada penambahan slot satu, tapi itu 7.30 WIB dimundurin. 7.30 WIB berangkatnya 7.45 WIB jadi sama juga bohong," ujar.
Alhasil, dia bilang, horor di Stasiun Duri masih berlanjut hingga saat ini."Akibatnya jam 6.00 WIB padat, 6.30 WIB lebih padat, jam 7.00 WIB lebih parah padat. Sampai 8.30 masih padat," tutup dia.
Kondisi di Stasiun Duri. Kondisi Stasiun Duri Terkini
Foto: Achmad Dwi Afriyadi
|
Maklum, kereta jurusan tersebut, datang 30 menit sekali. Akibatnya, penumpang yang menumpuk pun semakin sulit diterima akal.
Kondisi ini belum seberapa, ada yang lebih horor lagi. Selain berdesakan, penumpang juga harus rela mondar-mandir peron 4 dan 5. Dua peron ini melayani perjalanan rute Duri-Tangerang. Hanya saja, kereta datang satu per satu setiap 30 menit.
Bila kereta di peron 4 sudah berangkat, penumpang diarahkan berpindah ke peron 5.
Para petugas pun tampak kewalahan 'menjinakkan' kepadatan penumpang. Pengarahan dari pengeras suara yang dibawa petugas pun sering kali hanya terdengar samar-samar, saking padatnya suasana di stasiun duri.
Selain menanti kereta datang dan mondar-mandir peron, kondisi lebih horor lagi terjadi saat kereta datang.
Bagaimana tidak, KRL sarat penumpang yang baru tiba langsung memuntahkan sejumlah besar penumpang yang ingin buru-buru ke luar. Di saat bersamaan, penumpang yang sudah 30 menit menunggu di peron pun ingin buru-buru masuk KRL lantaran khawatir tak kebagian tempat.
Aksi saling dorong pun menjadi pemandangan yang seolah biasa meskipun kenyataannya sangat sulit diterima akal sehat.
Bertaruh Nyawa di Bibir Peron
Kondisi di Stasiun Duri. Foto: Achmad Dwi Afriyadi
|
Dari pantauan detikFinance, Rabu (11/4/2018) di Stasiun Duri, terlihat para penumpang berjejer menunggu kereta. Saking menumpuknya, kadang penumpang melewati batas aman. Kondisi ini jelas berbahaya, karena penumpang bisa terseret saat kereta melaju.
Meskipun sulit dicegah, namun tak henti-hentinya, para petugas yang berjaga terus-terusan mengingatkan penumpang untuk mundur dari area tersebut.
Penjaga di stasiun cukup banyak. Beberapa, menggunakan pengeras suara untuk mengatur penumpang supaya tertib. Akan tetapi, pengeras suara itu juga kadang kalah dengan suara dari banyaknya penumpang.
Horor stasiun tak berhenti di situ. Saat kereta datang, para penumpang yang menunggu berebut untuk masuk. Di sisi lain, penumpang yang datang ingin segera keluar dari kereta. Alhasil, benturan antar penumpang tak terelakkan.
Horor Stasiun Duri berlangsung cukup lama. Di mulai sekitar pukul 18.00 WIB, kemudian mulai mereda ketika waktu menunjukan pukul 20.00 WIB.
Horornya Stasiun Duri tak lepas dari berkurangnya frekuensi kereta dari sebelumnya 20 menit, menjadi 30 menit. Berkurangnya frekuensi disebabkan oleh penambahan frekuensi Kereta Bandara.
Langkah Menhub Belum Ampuh?
Kondisi di Stasiun Duri. Foto: Rifkianto Nugroho
|
"Solusi Menhub itu kan solusi sementara. Kalau bisa gunakan kereta bandara bagaimana PSO? Kalau penumpang mau pakai tarif KRL apakah pemerintah mau talangin? Misalnya tarif kereta bandara Rp 35 ribu sementara KRL Rp 5 ribu, mau nggak talangin? ini sulit," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Rabu (11/4/2018).
Lalu, tambah Deddy, jika pemerintah mau menalangi selisih tarif tersebut, dia tidak yakin penumpang kereta bandara rela untuk disatukan dengan penumpang KRL.
"Jenis keretanya kan berbeda, mereka belinya tiket express tapi pelayanannya kereta ekonomi," terangnya.
Halaman 2 dari 5