Asian Games Jadi Alasan Ganjil Genap di Tol Jagorawi dan Tangerang

Asian Games Jadi Alasan Ganjil Genap di Tol Jagorawi dan Tangerang

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 13 Apr 2018 17:11 WIB
Foto: Dwi Andayani/detikcom
Jakarta - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mulai uji coba ganjil genap di Ruas Tol Jagorawi dan Ruas Tol Jakarta-Tangerang. Uji coba dimulai 16 April 2018.

Kepala BPTJ Bambang Prihartono menjelaskan ada dua latar belakang utama dari pemberlakuan ganjil genap pada ruas tol tersebut. Yang pertama ialah melihat keberhasilan dari penerapan paket kebijakan ganjil genap di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek untuk mengurai kemacetan.

"Evaluasi tol Jakarta-Cikampek dari Bekasi ke Cawang, bahwa visible rasio dari jam 6-9 pagi ada penurunan. Bahkan mulai jam 7 pagi visible rasio sudah capai 0,5, sehingga jarak tempuh juga semakin cepat. Kemudian point to point bisa dicapai berdasarkan KPI (Key Performance Indicator) yang diatur BPTJ yaitu tidak boleh lebih dari 1,5 jam," kata Bambang di Jakarta, Jumat (13/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Bambang mengatakan, dengan diterapkannya ganjil genap di ruas jalan tol tersebut, membuat para pengguna jalan lebih memilih untuk mengatur perjalanannya menjadi lebih pagi. Dengan demikian, kondisi di jalan arteri atau jalan alternatif tak dikorbankan.

"Oleh karena itu, jalan arteri atau alternatif bisa dikendalikan dengan baik. Keberhasilan itulah salah satu yang melatarbelakangi kita terapkan di Tol Jagorawi dan Jakarta-Tangerang," katanya.

Selain itu, tambah Bambang, Asian Games juga menjadi latar belakang pemerintah menerapkan paket kebijakan di dua ruas tol ini. Untuk mendukung berlangsungnya gelaran Asian Games tersebut, kata Bambang, diperlukan pengaturan lalu-lintas di sekitar Jabotabek agar lebih terkendali.


"Oleh panitia Asian Games, yang jadi masalah utama bukan prasarana pertandingannya, prasarana dianggap bisa memenuhi target. Tapi tantangan terbesar adalah masalah transportasi, di mana panitia mengharapkan poin to poin lebih dari tiga jam. Maka kita perlu melakukan rekayasa dalam rangka menunjang Asian Games," jelasnya.

Bambang mengatakan permasalahan kemacetan di wilayah Jakarta menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, kondisi jalan di Jakarta baik di tol maupun non tol sudah mencapai titik jenuh. Oleh sebab itu pemerintah mulai melakukan rekayasa dengan menerapkan sejumlah paket kebijakan pada ruas tol Jagorawi dan Jakarta-Tangerang.



"Kalau bicara titik jenuh tentu bahasa VC rasionya sudah mendekati 1. Pemerintah memberi fokus terhadap jalan tol, kenapa jalan tol? Karena selama ini jalan tol diminati masyarakat. Itu terbukti saat kita menerapkan paket kebijakan di tol Jakarta-Cikampek," tuturnya. (fdl/zlf)

Hide Ads