Diskusi tersebut merupakan bagian dari serangkaian acara Spring Meeting IMF-World Bank yang dihadiri para petinggi negara, pembuat kebijakan, pelaku ekonomi dan investor yang tengah digelar di Washington DC.
"Kita rasakan saat ini bagaimana hari ini, udara sangat dingin di saat musim semi sudah tiba. Ada perubahan iklim yang tidak kita sadari, tapi secara nyata itu terjadi," kata Sri Mulyani memulai paparannya, Rabu (19/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu lah, lanjut Sri Mulyani, Indonesia beberapa waktu lalu menerbitkan obligasi hijau atau green bonds. Dana dari hasil penerbitan obligasi ini, tutur dia, digunakan untuk melakukan berbagai pembangunan infrastruktur yang mendukung kelestarian alam. Seperti misalnya pembangunan pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan.
"Tidak hanya di sektor energi, green bonds juga digunakan untuk membiaya berbagai proyek infrastruktur hingga pengolahan sampah," sambung dia.
Dengan demikian, diharapkan Indonesia bisa turut berkontribusi menanggulangi dampak perubahan iklim yang semakin hari semakin buruk ditandai terjadinya anomali atau keanehan cuaca dan maraknya bencana alam yang terjadi belakangan ini.
Menurut lembaga Investasi Non Anggaran Pemerinta (PINA) Center, dalam menerbitkan surat utang green bonds ini, setiap proyek harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Antara lain, seperti memperhatikan izin AMDAL atau sejumlah persyaratan lain untuk proyek lingkungan yang masuk kategori infrastruktur hijau atau ramah lingkungan.
Dengan ini, diharapkan bisa mendukung proyek-proyek infrastruktur yang ramah lingkungan. Di mana skema pembiayaan ini bisa mendanai proyek-proyek infrastruktur hingga US$ 3 miliar.
Baca juga: Ini 3 Proyek yang Bakal Dibiayai Green Bonds |