Pria yang akrab disapa Boy Thohir itu memang terlahir sebagai anak dari salah satu founder dan generasi pertama karyawan Astra, Muhammad Teddy Thohir. Namun bukan berarti ada sendok emas yang menyuapi Boy.
Kaka dari Erick Thohir itu, memulai langkah sebagai pengusaha sebagai calo tanah. Bisnisnya juga sempat mengalami kegagalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boy bahkan didapuk sebagai orang paling kaya ke 23 di Indonesia versi majalah Forbes di 2017 dengan total kekayaan mencapai US$ 1,41 miliar atau setara Rp 19,03 triliun (kurs Rp 13.500).
Berikut rangkuman kisah Boy Thohir membangun kerajaan bisnis hasil wawancara detikFinance dengannya di Menara Karya, Jakarta, Rabu kemarin (18/4/2018).
Berawal Dari Calo Tanah
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
|
Kisahnya di dunia bisnis bermula ketika Boy pulang dari Amerika Serikat (AS) setelah merampungkan pendidikannya hingga meraih gelar maset. Sebagai lulusan universitas luar negeri, Boy ingin bekerja diperusahaan bonafit seperti Citibank, American Express dan IBM.
Namun ternyata keinginannya itu dilarang oleh ayahnya Muhammad Teddy Thohir. Ayahnya yang merupakan salah satu founder Astra Internasional itu ingin dia menjadi seorang pengusaha.
"Saya tanya dulu ke ayah saya bahwa saya mau kerja di Citibank. Ditanya berapa gajinya, saya bilang lumayan US$ 2.000/bulan sekitar Rp 4 juta saat itu. Dia bilang tidak. Saya bilang apa ayah mau saya kerja di Astra? tapi dia jawab apa lagi di Astra, kamu mulai dari nol mungkin gaji kami hanta Rp 2 juta, bagaimana kamu bisa balikin duit saya yang sudah habis hampir Rp 1 miliar," kenangnya.
Akhirnya pada 1991 dia terbesit untuk mendirikan bisnis properti. Idenya itu muncul lantaran dia tahu bahwa akan ada pembangunan jalan yang menguhubungkan Saharjo dengan Kuningan. Boy pun ingin mendirikan sebuah gedung yang hendak dia sewakan.
Rencana itupun mendapatkan restu, bahkan ayahnya bersedia memberikan modal. Namun rencana itu kandas lantaran dia hanya ingin membebaskan lahan seluas 3.000 meter persegi, sementara ketentuan pembebasan lahan minimum 1 ha.
Akhirnya dia dibawa ayahnya menemui petinggi-petinggi Astra Internasional saat itu seperti Theodore Permadi Rachmat dan Edwin Soeryadjaya. Boy diminta untuk mempresentasikan pemikirannya tentang peluang bisnsi properti di wilayah yang kini menjadi kawasan Kasablanka.
Proposal Boy pun di terima, dia diminta untuk membebaskan lahan seluas 20 ha. Sayangnya lantaran kondisi perekonomian saat itu sedang terganggu dia hanya bisa membebaskan lahan seluas 3 ha.
"Waktu itu saya hanya calo tanah, bukan developer, saya hanya bebasin lahan untuk Astra. Jadi basic awal saya jadi pengusaha membebaskan tanah. Saya ini RCTI, rombongan calo tanah Indonesia. Tapi itu pengalaman berharga," tuturnya.
Meski gagal menjadi pegusaha properti dan hanya mentok menjadi calo tanah, justru pengalaman itu yang bisa membuatnya menjadi pengusaha sukses.
Menjajal Peruntungan di Panasnya Batu Bara
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
|
"Saat itu saya enggak tahu sama sekali batu bara, lihat saja enggak pernah. Tapi insting, saya melihat minyak akan habis, tapi batu bara masih banyak di Indonesia. Saya yakin one day pasti batu bara menggantikan minyak," tuturnya saat berbincang dengan detikFinance.
Perusahaan batu bara itu bernama PT Allide Indocoal. Di perusahaan itu Boy hanya memiliki saham 20%. Namun karena komoditas batu bara masih belum booming, perusahaannya tidak berkembang.
Ironisnya lagi, partner usahanya dari Australia itu memilih untuk meninggalkan Indonesia pada 1997-1998 lantaran maraknya aksi kerusuhan. Terpaksa Boy harus melanjutkan usaha itu, meskipun harus menghadapi masalah sengketa tanah dengan masyarakat setempat hingga melunasi utang perusahaan yang mencapai US$ 13 juta.
"Untungnya saya memiliki pengalaman sebagai calo tanah. Pengalaman memang sangat berharga," tuturnya.
Titik Balik dan Perusahaan Pembiayaan
Foto: Michael Agustinus
|
"Modal saya mendirikan WOM Finance hanya Rp 5 miliar ditambah dari perusahaan Ometraco Rp 5 miliar dan sisanya utang dari Bank Tiara Rp 50 miliar," kenang Boy.
Singkat cerita, WOM Finance bernasib jauh lebih baik dibanding bisnis batu baranya. Nah disinilah titik balik Boy menjadi pengusahaa sukses.
Ometraco sebagai pendiri WOM Finance ternyata colapse di tahun 2000. Boy pun akhirnya membeli sahamnya. Ternyata perusahaan itu semakin berkembang.
Akhirnya pada sekitar tahun 2003-2004, BII tertarik untuk membeli WOM Finance dengan tawaran harga yang cukup menggiurkan sekitar US$ 150 juta. Padahal WOM Finance dibangun dengan modal hanya Rp 5 miliar.
"Akhirnya saya putuskan menjual 70%, dan saya masih pegang 30%," terangnya.
Uang hasil penjualan WOM Finance itu sebagian dia berikan kepada orangtuanya. Sebagian lagi dia belikan tambang batu bara di Kalimantan Selatan dan membeli saham PT Adaro Energy Tbk dari tangan asing. Sejak saat itu usahanya terus melejit.
Lima Kiat Sukses Boy Thohir
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
|
Kepada detikFinance, Boy berbagi 5 pedoman yang selalu dia pegang teguh hingga menjadi pengusaha sukses. Pertama pegang teguh karakter pribadi yang santun.
Boy memberi contoh, meski sebagai pengusaha dia tidak pernah menganggap bahwa uang adalah segalannya. Menurutnya pemikiran itu membentuk karakter pribadi yang baik.
"Dalam arti kata bahwa uang itu bukan segalanya. Kalau menganggap uang segalanya karakter kita buruk, menghalalkan segala cara. Kita harus punya integritas, harus menghargai orang, harus rendah diri," tuturnya
Kedua, lanjut Boy, selalu yakin bahwa kesuksesan bukan suatu hal yang instan. Perlu proses dalam meraihnya. Itu artinya butuh kerja keras dan pantang menyerah ketika menjalaninya.
"Seperti naik tangga, pelan-pelan tak terasa sudah tangga ke-100. Tapi kalau kita lompat-lompat dari tangga ke-1 ke tangga ke 4, ya bisa jatuh. Saya juga selalu bilang bisnis itu sulit, tidak mudah," terangnya.
Ketiga, menurut Boy pengusaha sukses harus pintar. Sebab pengusaha berkaitan erat dengan perkembangan zaman. Sehingga perlu kepintaran untuk menyiasatinya jika tidak ingin tergerus perkembangan zaman.
"Keempat, pengusaha harus memiliki jaringan yang luas. Susah berbisnis di Indonesia kalau tidak punya teman," tambah Boy.
Terakhir, berserah dirih kepada Tuhan. Boy percaya segigih apapun berusaha tidak akan bisa meraih keinginannya jika Tuhan tidak berkhehendak.
Halaman 2 dari 5