Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan lira Tukri menjadi mata uang paling melemah secara tahun kalender atau year to date (YTD), yakni depresiasi 6,54%.
"Masih banyak yang lebih parah dari kita," kata Agusman di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (23/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dolar AS Nyaris Rp 14.000, BI: Jangan Panik |
Dengan begitu, bank sentral memastikan bahwa rupiah bukan menjadi mata uang yang mengalami pelemahan paling dalam terhadap dolar AS.
"Oh enggak, masih ada teman-temannya, seperti Turkis Lira, Turkish lira itu -6%, Filpina peso -4%, India rupee -3%," jelas dia.
Sekedar informasi, dolar AS kian perkasa. Pagi tadi nilai tukar uang negeri Paman Sam ini setara Rp 13.875. Sore ini dolar tembus Rp 13.900 per US$.
Data Reuters, dolar sudah menembus level Rp 13.900 pada perdagangan hari ini, Senin (23/4/2018). Puncaknya, nilai tukar dolar AS bahkan mencapai Rp 13.944.
Baca juga: Dolar AS Semakin Dekat ke Rp 14.000 |
Agusman mengatakan pihaknya akan terus menjaga stabilitas nilai tukar dengan selalu berada di pasar dan tidak segan untuk melakukan intervensi, serta menjaga psikologis pasar.
"Kita tetap berada di pasar, dan kita harap bisa atasi situasi ini, karena ini faktor global," kata Agusman di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Saat ini, kata Agusman, Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar. Pihaknya juga akan terus berkomunikasi secara intens dengan pemerintah terkait nilai tukar ini. Sayangnya, dia tidak membeberkan akan menjaga nilai tukar di level berapa.
"Kita tidak bicara level, kita perhatikan stabilitas, kalau level itu kan bisa membanding-bandingkan secara ekstrem, tapi kan kita lihat fundamental kita," ungkap dia.
"Jadi memang kita paham dengan kejadian ini, tapi kita minta semua untuk bersama-sama dan kita tetap berada di pasar, dan kita harap bisa atasi situasi ini, karena ini faktor global," tambah dia. (ang/ang)